Minggu, 03 Juni 2012

makalah trakeostomi bengkulu


MAKALAH SISTEM RESPIRASI
ASKEP KLIEN DENGAN TRAKEOSTOMI








DISUSUN OLEH KELOMPOK 6
Ø Faldho iswari                    (1026010027)
Ø Claresta siera                   (1026010014)
Ø Hellyn saputri                   (1026010015)
Ø Lastri                                (1026010017)
Ø Feni eviana                       (1026010028)          
Ø Rahma martini putri     (1026010038)
Ø Sekti anom                   (1026010034)
Ø Nitha arianti                 (1026010021)  

DOSEN PEMBIMBING:
Ns.Agus Supriyadi,S.Kep

PROGRAM STUDY ILMU KESEHATAN
STIKES TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas segala rahmat dan hidayah – Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah respirasi dengan judul Trekeostomi.
Penulis juga berharap supaya makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran mahasiswa keperawatan untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta menjadi acuan dalam praktek keperawatan.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih   banyak terdapat kekurangan di sana sini . oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan masukkan dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.


Mei 2012
Penulis







DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................             2         
DAFTAR ISI..................................................................................................             3         
BAB I PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang.................................................................................             4
1.2.   Tujuan..............................................................................................             5
1.3.   Rumusan Masalah.............................................................................             6
1.4.   Manfaat............................................................................................             7

BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Teori
2.1. Pengertian.......................................................................................             .8
2.2. Indikasi dan kontraindikasi takeostomi.............................................             10
2.3. Klasifikasi Trakeostomi....................................................................             17
2.4. Penatalaksanaan..............................................................................             20
2.5. Komplikasi......................................................................................             24
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan           
2.2.1. Pengkajian Teoritis Lengkap..............................................                        25
2.2.2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul......................                    29
2.2.3. NCP (Nursing Care Planning)...........................................                        30
BAB III TINJAUAN KASUS (Kasus Fiktif)
3.1... Pengkajian Lengkap..................................................................... .           41
3.2.   Diagnosa Keperawatan Yang  Muncul........................................... .           47
3.3.   NCP (Nursing Care Planning)........................................................             49
3.4.   Implementasi Dan Evaluasi SOAP..................................................             51
BAB IV PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Trakeostomi adalah suatu prosedur meliputi pembuatan lubang permanen atau sementara melalui tindakan bedah ke dalam trakea pada cincin trakea kedua, ketiga, atau keempat dan pemasangan selang indwelling untuk memungkinkan ventilasi dan pembuangan sekresi. Indikasi trakeostomi meliputi edema trakea karena trauma atau respons alergi, obstruksi jalan nafas mekanis, ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi trakeabronkial, pencegahan aspirasi pada klien tak sadar yang memerlukan ventilasi mekanis jangka panjang, apnea tidur, perdarahan jalan nafas atas, fraktur laring atau trakeal, dan luka bakar jalan nafas (Black, 1993).
Perawat sebagai care provider pasien dituntut mampu memahami trakeostomi secara keseluruhan. Dimulai dari anatomi dan fisiologi trakea, definisi trakeostomi, tata cara penatalaksanaan prosedur trakeostomi, dan asuhan keperawatan pada prosedur trakeostomi.
Tindakan pembedahan ini memiliki reputasi yang cukup panjang. Buku suci agama Hindu Rig Veda yang ditulis antara tahun 2000 dan 1000 SM menjelaskan suatu tindakan yang dapat menyatukan kembali pipa udara apabila tulang rawan leher dipotong. Namun para ahli sejarah menganggap Asclepiades yang lahir sekitar 124 SM merupakan orang pertama yang melakukan operasi ini.
Trosseau dan Bretonneau mempopulerkan operasi ini di Perancis. Mereka melakukannya untuk menangani kasus difteria (infeksi akut yang disebabkan Corymebacterium Diphteriae di mana gejala klinik eksotoksin yang dihasilkan oleh bakteri ini. Salah satu gejala adalah obstruksi pernafasan : sesak, retraksi dinding thoraks, sianosis dengan penanganan pemberian oksigen atau pun trakeostomi). dengan angka keberhasilan 25 persen (pada saat itu angka tersebut merupakan angka penyembuhan yang cukup tinggi).
Pada tahun 1932 dengan usulan Wilson bahwa koreksi jalan nafas dapat dilakukan pada kasus – kasus paralisis pernafasan yang sulit, khususnya poliomielitis. Galloway juga ikut berperan dalam mengarahkan pemikiran pada era ini, dengan melakukan trakeostomi untuk indikasi seperti cedera kepala, cedera dada yang berat, intoksikasi barbiturat dan kontrol jalan nafas paska bedah. 
Saat ini tengah dikembangkan teknik trakeostomi perkutaneus yang mana secara umum adalah suatu prosedur elektif, teknik ini tidak sesuai untuk situasi emergensi.


1.2. Tujuan
1.      Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui, memahami dan mampu mengaplikasikan penatalaksanaan dan asuhan keperawatan klien dengan trakeostomi.
2. Tujuan Khusus
  1. Mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi trakea.
  2. Mengetahui dan memahami definisi trakeostomi.
  3. Mengetahui dan memahami indikasi dan kontraindikasi prosedur trakeostomi.
  4. Mengetahui dan memahami klasifikasi dan jenis trakeostomi.
  5. Mengetahui dan memahami serta diharapkan mampu mengaplikasikan trakeostomi.
  6. Mengetahui dan memahami serta diharapkan mampu mengaplikasikan perawatan alat yang digunakan pada trakeostomi.
  7. Mengetahui dan memahami komplikasi yang timbul pada klien dengan trakeostomi.
  8. Mengetahui dan memahami WOC trakeostomi.
  9. Mengetahui dan memahami indikasi dan kontraindikasi pelepasan trakeostomi.
  10. Mengetahui dan memahami serta diharapkan mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan klien dengan trakeostomi.
1.3. Rumusan Masalah
  1. Bagaimana anatomi dan fisiologi trakea ?
  2. Apa definisi trakeostomi?
  3. Apa saja indikasi dan kontraindikasi trakeostomi?
  4. Apa saja klasifikasi dan jenis trakeostomi?
  5. Bagaimana prosedur trakeostomi?
  6. Bagaimana mengaplikasikan perawatan alat yang digunakan pada trakeostomi?
  7. Apa komplikasi yang timbul pada klien dengan trakeostomi penatalaksanaan trakeostomi?
  8. Bagaimana WOC pada trakeostomi?
  9. Apa saja indikasi dan kontraindikasi pelepasan trakeostomi?
  10. Bagaimana mengaplikasikan asuhan keperawatan klien dengan trakeostomi?

1.4. MANFAAT

2.       pengetahuan dan wawasan bagi pembaca tentang asuhan keperawatan pada klien trakeatomi
3.      Makalah ini diharapkan menambah pengetahuan dan ketrampilan kelompok  dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien trakeatomi
4.      Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa  praktikum dalam penatalaksanaan trakeatomi.










BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.                Konsep Dasar Teori

2.1.         Pengertian
Trakeostomi adalah tindakan membuat stoma atau lubang agar udara dapat masuk ke paru-paru dengan memintas jalan nafas bagian atas (Adams, 1997).
Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas (Hadikawarta, Rusmarjono, Soepardi, 2004).
Trakeostomi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengatasi pasien dengan ventilasi yang tidak adekuat dan obstruksi jalan pernafasan bagian atas. Insisi yang dilakukan pada trakea disebut dengan trakeotomi sedangkan tindakan yang membuat stoma selanjutnya diikuti dengan pemasangan kanul trakea agar udara dapat masuk ke dalam paru-paru dengan menggunakan jalan pintas jalan nafas bagian atas disebut dengan trakeostomi (Robert, 1997).
Istilah trakeostomi dan trakeostomi dengan maksud membuat hubungan antara leher bagian anterior dengan lumen trakea, sering saling tertukar. Definisi yang tepat untuk trakeotomi ialah membuat insisi pada trakea, sedang trakeostomi ialah membuat stoma pada trakea.
Dapat disimpulkan, trakeostomi adalah tindakan operasi membuat jalan udara melalui leher dengan membuat stoma atau lubang di dinding depan/ anterior trakea cincin kartilago trakea ketiga dan keempat, dilanjutkan dengan membuat stoma, diikuti pemasangan kanul. Bertujuan mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas saat pasien mengalami ventilasi yang tidak adekuat dan gangguan lalulintas udara pernapasan karena obstruksi jalan nafas bagian atas.

Ø  Fungsi Trakeostomi

  1. Mengurangi tahanan aliran udara pernafasan yang selanjutnya mengurangi kekuatan yang diperlukan untuk memindahkan udara sehingga mengakibatkan peningkatan regangan total dan ventilasi alveolus yang lebih efektif. Asal lubang trakheostomi cukup besar (paling sedikit pipa 7)
  2. Proteksi terhadap aspirasi
  3. Memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang sangat penting pada pasien dengan gangguan pernafasan
  4. Memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk pembersihan
  5. Memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke traktus respiratorius
  6. Mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah pemindahan secret ke perifer oleh tekanan negative intratoraks yang tinggi pada fase inspirasi batuk yang normal.

Ø  Anatomi dan Fisiologi Trakea

(Davies, 1997) menjelaskan bahwa trakea merupakan tabung berongga yang disokong oleh cincin kartilago. Trakea berawal dari kartilago krikoid yang berbentuk cincin stempel dan meluas ke anterior pada esofagus, turun ke dalam thoraks di mana ia membelah menjadi dua bronkus utama pada karina. Pembuluh darah besar pada leher berjalan sejajar dengan trakea di sebelah lateral dan terbungkus dalam selubung karotis. Kelenjar tiroid terletak di atas trakea di sebelah depan dan lateral. Ismuth melintas trakea di sebelah anterior, biasanya setinggi cincin trakea kedua hingga kelima. Saraf laringeus rekuren terletak pada sulkus trakeoesofagus.

2.2.             Indikasi Dan Kontra Indikasi Trakeostomi

Manifestasi Klinis yang mengindikasikan terjadinya trakeostomi :                             

1.      Terjadinya obstruksi jalan nafas atas secretpada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis,missal nya pada pasien dalam keadaan koma.
2.      Untuk memasang alat bantu pernafasan (respirator).apabila terdapat benda asing di subglotis.penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas ( missal angina Ludwig).neoplastik atau traumatic yang timbul melalui mekanisme serupa.
3.      Mengurangi ruang rugi   disaluran nafas atas seperti rongga mulut,sekitar lidah dan faring.hal ini sangat berguna pada pasien  dengan kerusakan paru-paru,yang kapasitas vital nya berkurang.




1.      Indikasi


1.      Obstruksi mekanis saluran nafas atas.
Pasien yang mengalami obstruksi dan atau pun penyumbatan jalan nafas dan mengalami kegagalan dalam pemakaian intubasi endotrakeal. Antara lain akibat ;
No.
Penyebab
Contoh
1.
Kongenital/bawaan
- Stenosis (penyempitan) subglotis atau trakea atas.
- Anomali trakeoesofagus.
- Haemangioma (adalah kumpulan pembuluh darah kecil yang membentuk benjolan di bawah kulit). Haemangiomas pada, dagu rahang atau leher anak kadang-kadang dapat mempengaruhi jalan napas nya, menyebabkan kesulitan bernapas. Tanda pertama dari hal ini adalah stridor, ketika anak membuat suara serak dengan napas masing-masing. Jika hemangioma tumbuh, dapat menyumbat jalan napas. Pada beberapa anak, laser pengobatan hemangioma jalan napas selama microlaryngobronchoscopy a (MLB) meningkatkan masalah pernapasan, tetapi kadang-kadang seorang anak mungkin perlu memiliki trakeostomi (pembukaan ke batang tenggorokan buatan) untuk meningkatkan pernapasan mereka.
2.
Infeksi
- Epiglotitis akut
-Laryngotracheobronchitis
- Angina Ludwig (radang berat disertai supurasi di daerah bawah mulut)
3.
Keganasan 
Tumor laring, faring, lidah, atau trakea atas tingkat lanjut dengan stridor.
4.
Trauma 
  • Di maksilofasial.
  • Luka tembak, tusuk di leher.
  • Menghirup asap.
- Menelan cairan korosif.
5.
Kelumpuhan pita suara
  • Postoperasi komplikasi tiroidektomi
  • Operasi esophagus
  • Operasi jantung, cerebral bulbar.
6.
Benda asing .
- Terhirup objek yang bersarang di saluran nafas atas menyebabkan stridor.
- Adanya benda asing di subglotis. Stoma berguna untuk mengambil benda asing dari subglotik, apabila tidak mempunyai fasilitas untuk bronkoskopi.

  1. Perlindungan Trakeobronkial Tree dari Aspirasi.
Dalam kondisi kronis di mana adanya ketidakmampuan laring atau faring dapat memungkinkan aspirasi dan menghirup air liur atau isi lambung, trakeostomi harus dilakukan. Kondisi itu di alami karena ;
No.
Penyebab
Contoh
1.
Penyakit neurologis 
- Polyneuritis (terganggunya transmisi syaraf atau jaringan syaraf yang kekurangan energi, misalnya Guillainâ € "Barre yaitu penyakit yang menyerang radiks saraf yang bersifat akut dan menyebabkan kelumpuhan yang gejalanya dimulai dari tungkai bawah dan meluas ke atas sampai tubuh dan otot-otot wajah).
- Tetanus.
Adanya penyumbatan di rongga faring dan laring karena difteri, laryngitis, atau tetanus (kejang otot) sering ditanggulangi dengan Trakeostomi.
- Bulbar poliomyelitis
- Multiple sclerosis
- Myasthenia gravis
Menyebabkan kelumpuhan vocal bilateral dengan kegagalan pernafasan akut.
Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan dapat mengakibatkan resiko tinggi terjadinya aspirasi.
2.
Koma 
- Cedera kepala
- Overdosis
- Keracunan
- Stroke
- Tumor otak
Dalam situasi di mana nilai GCS kurang dari 8,pasien beresiko aspirasi karena refleks pelindung hilang.
3.
Trauma
  • Patah tulang wajah yang parah.
Dapat mengakibatkan aspirasi darah dari saluran nafas atas.



3.      Gagal nafas

No.
Penyebab
Contoh
1.
Kerusakan paru.
Menyebabkan kapasitas vitalnya berkurang dan trakeostomi mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran nafas atas seperti rongga mulut, sekitar lidah dan faring.
2.
Penyakit paru


- Eksaserbasi bronkitis kronis
- Emfisema
- Asma berat.
- Pneumonia berat.
3.
Penyakit neurologis.
  • - Multiple sclerosis.
Kasus yang parah seperti Multiple Sclerosis (MS) menyebabkan masalah seperti disfagia (kesulitan menelan), batuk, dan gagal nafas.
4.
Luka dada
Dapat menyebabkan pneumotoraks yang berakibat gagal nafas.


  1. Retensi sekresi bronchial
                           
No.
Penyebab
Contoh
1.
Penyakit paru
  • Infeksi saluran pernafasan akut
2.
Penurunan tingkat kesadaran

3.
Trauma ke kandang otot toraks


Indikasi lainnya yaitu :
·        Cedera parah pada wajah dan leher
·        Setelah pembedahan wajah dan leher
·        Hilangnya refleksi dan ketidakmampuan untuk menelan sehingga mengakubatkan resiko tinggi terjadinya aspirasi

1.     Karsinoma Nasofaring
Agen penyebab masuk ke saluran napas atas dan mengiritasi epitoliuma yang terdapat pada dinding mukosa nasofaring sampai berulserasi dan terinfeksi, menyebabkan pertumbuhan jaringan baru yang dapat bersifat ganas yang dapat menyebabkan obstruksi saluran pernapasan bagian atas. Menyebabkan pertukaran O2 di dalam tubuh terhambat, sehingga pemenuhan kebutuhan O2 tidak adekuat. Selain itu, karsinoma nasofaring bisa bermetastase ke jaringan / organ tubuh lain.
Gejalanya dibagi dalam 4 kelompok, yaitu:
·      Gejala nasofaring sendiri, berupa epistaksis ringan, pilek / sumbatan hidung.
·      Gejala telinga, berupa tinitus, rasa tidak nyaman sampai nyeri di telinga.
·      Gejala saraf, berupa gangguan saraf otak seperti diplopia, parestesia di daerah pipi, neurolgia trigeminal, parasis / paralisis arkus faring, kelumpuhan otot bahu dan sering tersedak.
·      Gejala / metastatis di leher, berupa benjolan di leher.


2.      Obstruksi Laring
Laring merupakan kotak kaku dan mengandung ruangan sempit antara pita suara (glotis), dimana udara harus melewati ruang ini. Adanya pembengkakan membran mukosa larings dapat menutupi jalan ini yang menjadi penyebab kematian.
Obstruksi Laring :
·      Hipersalivasi
·      Suara sengau
·      Kadang-kadang sulit membuka mulut
·      Pembengkakan
·      Nyeri tekan pada kelenjar submandibular
·      Palatum mole pembengkakan
·      Teraba fruktuasi
·      Tonsil bengkak

3.      Angina ludwig
Merupakan abses leher dalam  terbentuk didalam ruang potensial diantara fasia leher sebagai akibat perjalanan infeksi dari berbagai sumber seperti gigi,mulut tenggorokan.dan juga angina adalah peradangan selulitis atau flegmon dari bagian superior ruang suprahioid.ruang ini terdiri dari ruang sublingual,submental dan submaksilar.ditandai dengan pembengkakan pada bagian bawah ruang submandibular,yang mencakup jaringan yang menutupi otot-otot diantara laring dan dasar mulut.

2.      Kontraindikasi Trakeostomi.

Antisipasi adanya penyumbatan karena karsinoma (sejenis kanker).
·        Infeksi pada tempat pemasangan.
·         Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol, contoh ; Hemofili.

2.3.            Klasifikasi Trakeostomi
Menurut lama penggunaannya, trakeosomi dibagi menjadi penggunaan permanen dan penggunaan sementara, sedangkan menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan letak yang tinggi dan letak yang rendah dan batas letak ini adalah cincin trakea ke tiga. Jika dibagi menurut waktu dilakukannya tindakan, maka trakeostomi dibagi kepada trakeostomi darurat dengan persiapan sarana sangat kurang dan trakeostomi elektif (persiapan sarana cukup) yang dapat dilakukan secara baik (Soetjipto, Mangunkusomu, 2001).

1.      Menurut Lama Pemasangan
a.       Permanen (Tracheal Stoma Post Laryngectomy)
Tracheal cartilage diarahkan kepermukaan kulit, dilekatkan pada leher. Rigiditas cartilage mempertahankan stoma tetap terbuka sehingga tidak diperlukan tracheostomy tube (canule).
b.      Sementara (Tracheal Stoma without Laryngectomy)
Trachea dan jalan nafas bagian atas masih intak tetapi terdapat obstruksi. Digunakan tracheostomy tube (canule) terbuat dari metal atau Non metal (terutama pada penderita yang sedang mendapat radiasi dan selama pelaksanaan MRI Scanning).

2. Menurut Letak Insisi
1. Insisi Vertikal
Dilakukan pada keadaan darurat
2. Insisi Horisontal.
Dilakukan pada keadaan elektif.

3.  Menurut Waktu Dilakukan Tindakan
1.      Darurat
Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat. Dilakukan pembuatan lubang di antara cincing trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil. Menggunakan teknik insisi vertical.
2.      Non-Darurat
Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang operasi. Insisi dibuat di antara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm. Menggunakan teknik insisi horizontal.
Untuk lebih jelasnya perhatikan table berikut :
No.
Waktu dilakukan Tindakan
Lama Penggunaan
Teknik Insisi
1.
Darurat
Sementara
Vertikal, dibuat di anatara cincin trakea 1 dan 2 atau 2 dan 3.
2.
Non-darurat
Permanen
Horizontal, dibuat di antara cincin trakea 2 dan 3 sepanjang 4-5 cm.













2.4.             Penatalaksanaan Trakeostomi

Ø  Jenis Tindakan
  1. Darurat, dilakukan Percutaneous Tracheostomy.
Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat. Dilakukan pembuatan lubang di antara cincing trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil.
  1. Elektif, dilakukan Surgical Tracheostomy.
Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang operasi. Insisi dibuat di antara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm. Selain itu, terdapat Mini trakeostomi, yaitu pada tipe ini dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan trakeostomi mini ini dimasukan menggunakan kawat dan dilator (Bradley, 1997).

Ø  Prosedur

1.      Persiapan Alat

·        Alat – alat ;
    1. Spuit yang berisi analgesia.
    2. Pisau bedah.
    3. Pinset anatomi.
    4. Gunting panjang tumpul.
    5. Sepasang pengait tumpul.
    6. Benang bedah.
    7. Klem arteri, gunting kecil yang tajam.
    8. Kanul trakea dengan ukuran yang sesuai.
Ø  Jenis Pipa
1.    Cuffed Tubes.
Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga memperkecil risiko timbulnya aspirasi.
2.      Uncuffed Tubes.
Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang tidak mempunyai risiko aspirasi.
3.      Trakeostomi dua cabang (dengan kanul dalam).
Dua bagian trakeostomi ini dapat dikembangkan dan dikempiskan sehingga kanul dalam dapat dibersihkan dan diganti untuk mencegah terjadi obstruksi.
4.      Silver Negus Tubes.
Terdiri dari dua bagian pipa yang digunakan untuk trakeostomi jangka panjang. Tidak perlu terlalu sering dibersihkan dan penderita dapat merawat sendiri
5.      Fenestrated Tubes.
Trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di sebelah posteriornya, sehingga penderita masih tetap merasa bernafas melewati hidungnya. Selain itu, bagian terbuka ini memungkinkan penderita untuk dapat berbicara (Kenneth, 2004).
3.      Ukuran.
Ukuran trakeostomi standar adalah 0 – 12 atau 24 – 44 French. Trakeostomi umumnya dibuat dari plastik, namun dari perak juga ada. Tabung dari plastik mempunyai lumen lebih besar dan lebih lunak dari yang besi. Tabung dari plastik melengkung lebih baik kedalam trakea sehingga iritasi lebih sedikitdan lebih nyaman bagi klien.
Ø  Persiapan Pasien.
1.      Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bagian kaki lebih rendah 30° untuk menurunkan tekanan vena sentral pada vena-vena leher.
2.      Bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga memudahkan kepala untuk diekstensikan pada persendian atalanto oksipital. Dengan posisi seperti ini leher akan lurus dan trakea akan terletak di garis median dekat permukaan leher.
3.      Kulit leher dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik dan ditutup dengan kain steril. Obat anestetikum disuntikkan di pertengahan krikoid dengan fossa suprasternal secara infiltrasi.

Ø  Prosedur Inti.
1. Sayatan kulit 5 sentimeter, vertikal di garis tengah leher mulai dari bawah krikoid sampai fosa suprasternal, sedangkan sayatan horizontal di pertengahan jarak antara kartilago krikoid dengan fosa suprasternal atau kira-kira dua jari dari bawah krikoid orang dewasa.
2. Dengan gunting panjang yang tumpul, kulit serta jaringan di bawahnya dipisahkan lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul sampai tampak trakea yang berupa pipa dengan susunan cincin tulang rawan yang berwarna putih. Bila lapisan ini dan jaringan di bawahnya dibuka tepat di tengah maka trakea ini mudah ditemukan. Pembuluh darah vena jugularis anterior yang tampak ditarik ke lateral. Ismuth tiroid yang ditemukan ditarik ke atas supaya cincin trakea jelas terlihat. Jika tidak mungkin, ismuth tiroid diklem pada dua tempat dan dipotong ditengahnya. Sebelum klem ini dilepaskan ismuth tiroid diikat kedua tepinya dan disisihkan ke lateral. Perdarahan dihentikan dan jika perlu diikat.


Ø  Prosedur Perawatan Selang Trakeostomi
  1. Jelaskan prosedur pada klien & keluarga sebelum memulai dan berikan ketenangan selama pengisapan.
  1. Siapkan alat – alat yang diperlukan
  2. Cuci tangan
  3. Hidupkan mesin suction (portable atau wall dengan tekanan sesuai kebutuhan)
  4. Buka kit kateter pengisap
  5. Isi kom dengan normal salin
  6. Ventilasi klien dengan bagian resusitasi manual dan aliran oksigen yang tinggi.
  7. Kenakan sarung tangan pada kedua tangan ( steril )
  8. Ambil kateter pengisap dengan tangan non dominan dan hubungkan ke pengisap
  9. Masukkan selang kateter samapi pada karina tanpa memberikan isapan, untuk menstimulasi reflek batuk
11.  Beri isapan sambil menarik kateter, memutar kateter dengan perlahan 360 derajat tanpa menyentuh lapisan mucus saluran napas (lakukan pengisapan maksimal 10-15 detik karena pasien dapat hipoksia)
  1. Reoksigenasikan dan inflasikan paru pasien selama beberapa kali nafas
  2. Ulangi 4 langkah sebelumnya sampai jalan nafas bersih.
  3. Bilas kateter dg normal salin antara tindakan pengisapan
  4. Hisap kavitas orofaring setelah menyelesaikan pengisapan trakea
  5. Bilas selang pengisap
  6. Buang kateter, sarung tangan ke dalam tempat pembuangan kotor.

2.5. Komplikasi Trakeostomi

No.
Waktu
Komplikas
1.
Intraoperatif

  • Haemorrhage (pendarahan).
  • Rasa panas pada jalan nafas
  • Cedera pada trakea dan laring
  • Cedera pada struktur trakeal
  • Emboli udara
  • Apnea
  • Henti jantung
  • Perforasi
  • Ruptur pleura viseralis
  • Sumbatan darah/secret
2.
Postoperatif
-Emfisema subkutan
-Pneumotoraks / pneumomediastinum
- Tabung berpindah
- Tabung tersumbat
- Infeksi luka
- Trakea nekrosis
- Pendarahan sekunder
- Masalah menelan
3.
Jangka panjang
  • Obstruksi jalan nafas atas
  • Infeksi
  • Fistula trakeoesofagus
  • Stenosis trakea
  • Iskemia atau nekrosis trakea


B. ASUHAN KEPERAWATAN
  1. PENGKAJIAN
Ø  Anamnnesa
1.      Data Demografi : Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.
2.      Data Subyektif : sesak napas, nyeri
3.      Data obyektif : RR meningkat, Saturasi O2 menurun

4.      Pemeriksaan Fisik
B1 : Ronchi, RR meningkat, Saturasi O2 menurun
5.      Pengkajian Psikososial
Ansietas terjadi pada pasien dengan trakeostomi.

Ø  Pengkajian Teoritis Lengkap
1.    Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya yang meliputi : Nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama dan tanggal pengkajian.
2.    Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah batuk berdahak, nyeri dada, sesak napas.
3.    Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Penderita obstruksi jalan napas menampakkan gejala nyeri dada, batuk berdahak , dan disertai sesak napas dan adanya edema pada laring.
4.    Riwayat Kesehatan terdahulu (RKD)
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien pernah menderita penyakit sebelumnya seperti: adanya riwayat merokok, penggunaan alcohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral.
5.    Riwayat kesehatan Keluarga (RKK)
Riwayat adanya penyakit obstruksi jalan napas pada anggota keluarga yang lain seperti: penyakit Asma.
6.    Data Dasar Pengkajian Pasien
1.    Aktivitas/istirahat
Gejala :                  Kkelemahan, kelelahan, keletihan, napas pendek.
Tanda :                  Frekuensi pernapasan meningkat.
 Perubahan irama pernapasan.
Takipnea.
2.    Sirkulasi
Gejala :                  Riwayat adanya hipertensi.
Tanda :                  Kenaikan tekanan darah meningkat.
 Penampilan kemerahan, atau pucat.


3.    Integritas ego
Gejala :                 Perasaan takut aka kehilangan suara, mati, terjadinya / berulangnya kanker.
Kuatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan kerja dan keuangan.
Tanda :                  Ansietas, depresi, marah dan menolak
 Menyangkal.

4.    Eliminasi
Gejala : gangguan saat ini atau yang lalu / obstruksi riwayat penyakit paru

5.    Makanan/cairan
Gejala :                  Kesulitan menelan.
Tanda :                  Kesulitan menelan, mudah tersedak.
 Bengkak, luka.
 (malnutrisi)
6.    Neurosensori
Gejala :                  Diplopia (penglihatan ganda)
 Ketulian.
Tanda :                  Parau menetap atau kehilangan suara.
 Kesulitan menelan.
Ketulian konduksi.
Kerusakan membranmukosa.

7.    Nyeri/kenyamanan
Gejala :                  Sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk) .
Tanda :                  Melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan).

8.    Pernafasan
Gejala :                Adanya riwayat merokok/mengunyah tembakau.
Bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik/serbuk, logam berat.
Riwayat penggunaan berlebihan suara.
Riwayat penyakit paru kronis.
Batuk dengan/tanpa sputum.
Drainase darah pada nasal.
Tanda :                 Sputum dengan darah, hemoptisis .
Dispnea.
9.    Keamanan
Gejala : Terpajan sinar matahari berlebihan selama periode bertahun-tahun atau radiasi.
10.          Perubahan penglihatan/pendengaran.
Tanda : Massa/pembesaran nodul.

11.          Penyuluhan/pembelajaran
Gejala :Penggunaan alcohol berulang/riwayat penyalahgunaan alkohol.
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat :7,4 hari.

12.    Rencana pemulangan: Bantuan dengan perawatan luka, pengobatan, pengiriman :transpormasi, belanja, penyiapan makanan, perawatan diri, perawatan / pemeliharaan rumah.

13.    Prioritas keperawatan
·      Mempertahankan kepatenan jalan napas, ventilasi adekuat
·      Membantu pasien dalam mengembangkan metode komunikasi alternative.
·      Membuat/mempertahankan nutrisi adekuat.
·      Memberikan dukungan emosi untuk penerimaan gambaran diri yang terganggu.
·      Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan pengobatan
2.2.2
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1.     Priode Praoperasi
Ø Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan yang akan dijalani dan dampak kondisi pada gaya hidup.

2. Priode Pasca Operasi
Ø  Resiko tinggi inefektif bersihan jalan nafas  berhubungan dengan peningkatan sekresi sekunder terhadap trakeostomi, obstruksi kanula dalam, atau perubahan posisi selang trakeostomi.
Ø  Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penumpukan sekresi berlebihan dan       bypass pertahanan pernafasan atas.
Ø  Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan untuk menghasilkan bicara sekunder terhadap trakeostomi.
Ø Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh yang berhubungan dengan proses penyakit, anoreksia, disfagia, odinofagia, dan status puasa pasca operasi

2.2.3        NCP
A. Periode Praoperasi
NO
Dx. Kep
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1.
1. Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan yang akan dijalani dan dampak kondisi pada gaya hidup.


1. Menyebutkan alasan untuk trakeostomi dan hasil yang diperkirakan.
2. Menyebutkan keterbatasan bicara dan komunikasi yang diantisipasi.
3. Menggambarkan perawatan segera pascaoperasi dan tindakan perawatan diri.
4. Praoperasi, menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif menggunaka    metode lain selain bicara
Ø  Pertegas penjelasan dokter tentang pembedahan dan alasannya. Bila memungkinkan, jelaskan bahwa trakeostomi sementara diindikasikan dalam edema pascaoperasi setelah biopsy, distress pernafasan berat, dan gangguan lain, dan bahwa trakeostomi permanen adalah alternative untuk intubasi endotrakeal atau nasotrakeal.
Ø  Jelaskan istilah dan konsep umum, berikan literature dan peralatan aktual, bila memungkinkan. Pastikan klien mengenal hal berikut :
  1. Prosedur trakeostomi
  2. Stoma
  3. Selang trakeostomi
  4. Suksion dan kateter suksion
  5. Kolar pelembab trakeal
  6. Pengikat trakeostomi
  7. Oto trakea

Ø  Diskusikan potensial squele bedah trakeostomi, termasuk :
  1. Perubahan penampilan tubuh
  2. Perubahan fungsi tubuh, misalnya ; bernafas, bicara, menyanyi, batuk, dan pembersihan sekresi.
Ø  Jelaskan klien tentang cara-cara alternative komunikasi (misal ; kertas atau papan gambar). Minta klien menggunakan peragaan ulang untuk menunjukkan kemahiran.

Ø  Menjelaskan tentang apa yang diperkirakan terjadi dapat membantu mengurangi ansietas klien yang berhubungan dengan ketakutan akan hal-hal yang tidak diketahui dan tidak diperkirakan.










Ø  Pengertian tentang terminologi memperbaiki pemahaman dan membantu mengurangi ansietas.







Ø  Menyiapkan klien untuk apa yang diperkirakan dapat mengurangi ansietas karena ketidaktahuan.


Ø  Dengan meminta klien mempraktikkan
teknikkomunikasi sebelum prosedur memungkinkan perawat untuk mendeteksi dan berupaya untuk memperbaiki adanya kekurangan yang serius. Penguasaan terhadap pengganti komunikasi dapat membantu menurunkan perasaan asing dan kesepian, meningkatkan rasa kontrol klien dan mengurangi ansietas.
B. Periode Pascaprosedur

NO
Dx. Kep
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1.
1. Resiko tinggi inefektif bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan peningkatan sekresi sekunder terhadap trakeostomi, obstruksi kanula dalam, atau perubahan posisi selang trakeostomi.


1. Klien akan mempertahankan selang trakeostomi paten.       
2. Klien batuk dengan efektif untuk membersihkan jalan nafas.

Ø  Tinggikan kepala tempat tidur 30 - 45 derajat.


Ø  Anjurkan klien untuk bernafas dalam dan batuk secara teratur.

Ø  Berikan pelembaban adekuat udara inspirasi.












Ø  Pengisian salin normal steril (5 ml) sesuai kebutuhan



Ø  Suksion 5 – 10 detik sesuai kebutuhan, dengan mempertahankan teknik steril sesuai indikasi dengan auskultasi paru.

Ø  Secara teratur inspeksi dan bersihkan selang trakeostomi.



Ø  Pertahankan status hidrasi optimal.

Ø  Posisi ini memudahkan pernafasan optimal dengan meningkatkan drainase sekresi.

Ø  Nafas dalam mengurangi penumpukan sekresi, batuk membantu mengeluarkan sekresi.

Ø  Pelembaban diperlukan untuk menggantikan pelembaban bypass yang normalnya diberikan struktur nasofaringeal.

Kurang pelembaban dapat mengarah pada pengeringan mukosa trakeal dan gangguan proses transport mukosaliar dengan mengakibatkan rusaknya mukosa dan kemungkinan trakeitis (Martin, 1989).


Ø  Pengisian salin akan mencuci mukosa trakeal dan bronchial dan merangsang batuk untuk membersihkan sekresi (Mapp, 1988).


Ø  Suksion membuang sekresi dan mencegah stasis. Suksion berlebihan dapat menimbulkan hipoksia dan atau iritasi pada mukosa trakeal (Sigler, 1993)

Ø  Sekresi kering dapat menghambat jalan nafas atau menjadi sumber infeksi

Ø  Status hidrasi mempengaruhi jumlah dan karakter sekresi, klien dehidrasi beresiko terhadap pembentukan sumbatan oleh lendir.
2.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan penumpukan sekresi berlebihan dan       bypass pertahanan pernafasan atas.


1. Klien akan bebas dari infeksi pada tempat trakeostomi.
Ø  Suksion selang trakeostomi setiap jam dan sesuai kebutuhan atau yang telah dipesankan.
Ø  Pertahankan teknik steril.
Ø  Gunakan kateter yang telah diberi pelumas, ukuran yang tepat (kurang dari setengah diameter selang trakeostomi), lumasi selang kateter non-silikon dengan air, kateter silicon dengan pelumas larut air, nonpetroleum.

Ø  Kaji batas stoma terhadap edema yang tak biasanya, tanda kerusakan kulit, drainase, pendarahan, bau, eritema, lesi, dan krepitus udara.

Ø  Ganti balutan trakeostomi setiap shift atau sesuai kebutuhan.
Ø  Hindari iritasi jaringan di sekitarnya dengan mengendurkan ruang satu jari di antara pengikat dan leher.

Ø  a. Bersihkan sekitar stoma setiap 4 jam dan sesuai kebutuhan ; gunakan hydrogen peroksida setengah kuat dan larutan salin, dan usap dengan salin.
b.Oleskan salep antibakteri bila dipesankan.
c.Bila selang trakeostomi dijahit, bersihkan sekitar stoma menggunakan bola kapas.
Ø  Penghisapan teratur menghilangkan sekresi yang tertumpuk, yang memberikan media baik untuk pertumbuhan mikroorganisme.
Ø  Memberi perlindungan infeksi.

Ø  Kateter yang terlalu besar dapat menghambat jalan nafas, kateter yang tidak dilumasi dapat mengetuk selang trakeostomi
Ø  Drainase abnormal dapat menunjukkan infeksi (purulen, bau) atau kebocoran duktus torakal (seperti susu).
Ø  Penggantian balutan teratur membantu mempertahankan batas stoma tetap kering dan bebas mukus.

Ø  Ikatan harus cukup aman untuk mencegah gerakan turun naik selang trakeostomi dalam trakea tetapi tidak terlalu kencang karen dapat menekan vena jugularis eksterna.


Ø  Pembersihan teratur menghilangkan sumber kontaminasi potensial. Dokter mungkin membiarkan stoma tanpa balutan selama periode pascaoperasi segera untuk memudahkan pengkajian dan pembersihan.
3.
Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk menghasilkan bicara sekunder terhadap trakeostomi.


  1. Klien akan mengkomunikasikan kebutuhan dasar dengan menggunakan bentuk komunikasi pengganti.

Ø  Berdasarkan hasil pengkaji-an, lakukan konsultasi yang tepat (misal patologis wicara ,optalmologist, atau otorhi-nolaringologist).
Ø  Sebelum pembedahan jelas-kan klien tentang efek yang diperkirakan dari trakeosto-mi terhadap bicara.
Jelaskan fisiologi normal penghasilan bicara dan bagaimana trakeostomi mengganggu mekanisme ini
Ø  Setelah mengidentifikasi me-tode komunikasi pengganti yang tepat, instruksikan kli-en untuk mempraktikkan pa-da praoperasi, bila memung-kinkan.
Anjurkan staf dan para pen-dukung untuk mempraktik-kan juga komunikasi peng-ganti.



Ø  Klien mungkin memerlukan intervensi intensif, khusus unutk memastikan komunikasi yang efektif.


Ø  Pengertian klien bahwa trakeostomi normalnya tidak mengganggu struktur anatomi yang bertanggung jawab terhadap penghasilan bunyi, dan bahwa kerusakan bunyi mungkin sementara, dapat membantu klien mengatasi kerusakan bicara dan dapat mendorong penggunaan metode komunikasi pengganti (Trwley, 1987).
Ø  Penggunaan bentuk komunikasi pengganti dapat membantu menurunkan ansietas dan perasaan terisolasi dan asing, meningkatkan control terhadap situasi, dan meningkatkan keamanan (Sawyer, 1990).
4.
4. Resiko Tinggi terhadap Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh yang berhubungan dengan proses penyakit, anoreksia, disfagia, odinofagia, dan status puasa pasca operasi.
 

1. Klien mempertahankan berat badan atau penurunan tidak lebih dari 2 kg dalam periode pasca operasi.
2. Klien mengkonsumsi jumlah cairan dan nutrisi adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolism basal pada periode pasca operasi.
3. Masukan nutrisi dan cairan adekuat tanpa aspirasi atau tersedak sebelum pulang.

Ø  Jelakan peran dan pentingnya nutrisi pada pemulihan jaringan pasca operasi.


Ø  Pantau berat badan.










Ø  Evaluasi konsistensi makanan yang dapat ditoleransi pasien tanpa aspirasi.




Ø  Berikan makan melalui selang (sesuai ketentuan atau yang telah dipesankan) dan ajarkan prinsip-prinsip pemberian makan melalui selang.

Ø  Pertahankan hygiene oral yang baik sebelum dan setelah makan bila diberikan makanan peroral.


Ø  Bekerja sama dengan ahli gizi untuk memastikan kebutuhan nutrisi pasien bila klien mengalami defisit nutrisi pra operasi atau masukan nutrisi dibatasi pada periode pasca operasi.


Ø  Penjelasan perlunya nutrisi pasca operasi optimal dapat membantu meminimalkan miskosepsi dan memudahkan kepatuhan klien.

Ø  Kecenderungan berat badan dapat mengindikasikan kebutuhan suplemen diet atau perubahan teknik pemberian makan pada klien dengan peningkatan kebutuhan nutrisi atau mereka yang akan diouasakan selama lebih dari 1 sampai 2 hari (Taylor, 1989).


Ø  Semi padat atau makanan dihaluskan mungkin ditoleransi lebih baik, karen awal menelan dan gerakan makanan dari konsistensi ini dikontrol lebih baik daripada cairan (Mendelsohn, 1993).

Ø  Untuk mempertahankan berat badan, memudahkan penyembuhan luka, dan membantu mencegah infeksi (Sigler, 1993).


Ø  Untuk menjaga suture tetap bersih dan merangsang nafsu makan.

Ø  Bila klien mendapat makan melalui selang atau mengalami kesulitan mempertahankan masukan nutrisi adekuat, masukan dari ahli gizi mungkin diperlukan untuk menetapkan kebutuhan nutrient dan cairan bagi klien untuk memudahkan pemulihan luka dan mencegah dehidrasi.







BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian Lengkap
 KASUS
Tuan A umur 45 ta
hun sehari-hari bekerja sebagai wiraswata. Dua hari telah terpasang trakeostomy, keluhan saat ini sesak dan gelisah serta terlihat menarik diri dari interaksi sosial.

3.1.  Pengkajian

1. Data Biografi

Identitas Klien:
Nama                           : Tn. A.             No Register : 01.180.630
Umur                            : 45 tahun
Suku/bangsa                 : Jawa  
Status Perkawinan        : kawin
Agama                         : Islam
Pendidikan                   : SMA
Pekerjaan                     : Wiraswasta
Alamat                         : Timur Indah 3
Tanggal masuk RS        : 2 Mei 2012
Tanggal Pengkajian       : 4 Mei 2010
Catatan kedatangan      : Kursi roda (  ), Ambulan (√ ), Brankar (   )
Keluarga Terdekat yang dapat dihubungi:
Nama/Umur                 : Ny. Q / 32                       No telepon : (0736)220..
Pendidikan                   : SMA
Pekerjaan                     : Ibu Rumah Tangga
Alamat                         : Timur Indah 3
Sumber Informasi         : Pasien dan keluarga

2.      Riwayat kesehatan/Keperawatan
1. Keluhan Utama /alasan masuk RS :. Tn R (45 th) datang ke RS dr. M. Yunus Bengkulu via IGD  pada tanggal 2 mei 2012, dengan keluhan batuk berdahak dan sesak napas.
2.Riwayat Penyakit Sekarang 
3Tuan A merasakan sesak, merasa malu saat menemui orang lain karena tidak berbicara dengan normal.
4. Riwayat penyakit keluarga : -
5. Riwayat penyakit masa lalu : -
Pemeriksaan Fisik:
1. B1 (Breath) : kesulitan bernafas, batuk (mungkin gejala yang ada), riwayat trauma dada
2. B2 (Blood) : takikardia, frekuensi tak teratur. TD hiper/hipotensi
3. B3 (Brain) : dizziness, cemas
4. B4 (Bladder) : -
5. B5 (Bowel) : nafsu makan turun, BB turun, Pasien lemah
6. B6 (Bone): malaise
Pemeriksaan focus klien dengan trakeostomy :
1. Tanda-tanda vital
2. Bukti adanya hipoksia
3. Frekuensi dan pola pernafasan
4.Bunyi nafas
5. Status neurologis
6. Volume tidal, ventilasi semenit, kapasitas vital kuat
7. Kebutuhan pengisapan
8. Upaya ventilasi spontan klien
9. Status nutrisi
10. Status psikologis
Pemeriksaan Diagnostik yang perlu dilakukan pada klien dengan trakeostomi yaitu :
1. Pemeriksaan fungsi paru
2. Analisa gas darah arteri
3. Kapasitas vital paru
4. Kapasitas vital kuat
5. Volume tidal
6. Inspirasi negative kuat
7. Ventilasi semenit
8. Tekanan inspirasi
9. Volume ekspirasi kuat
10. Aliran-volume
11. Sinar X dada
12. Status nutrisi / elektrolit.


3. Pola Fungsi kesehatan

                     1.         Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
                     2.         Pola nutrisi dan metabolisme
                     3.         Pola Eliminasi
                     4.         Pola aktivitas dan latihan

0 ═ Mandiri                                    3 ═ Dibantu orang lain dan peralatan
1 ═ Dengan alat bantu                    4 ═ ketergantungan/tidak mampu
2 ═ Dibantu orang lain
Kegiatan/aktivitas
0
1
2
3
4
Makan/minum




Mandi




Berpakaian/berdandan




Toileting




Mobilisasi di tempat tidur




Berpindah




Berjalan




Menaiki tangga




Berbelanja




Memasak




Pemeliharaan rumah




                       
-          Alat bantu (kruk,pispot, tongkat, kursi roda): Pispot
-          Kekuatan otot :
                     5.         Pola istirahat dan tidur
                     6.         Pola Kognitif Dan Persepsi
                     7.         Persepsei Diri Dan Konsep Diri
                     8.         Pola Peran Hubungan
                     9.         Pola Seksual Dan Reproduksi
                   10.       Pola koping dan toleransi stress
                   11.       Keyakinan dan kepercayaan
4. Pemeriksaan Fisik

ü  Sistem integumen (kulit) :
ü  Kepala :
ü  Mata :
ü  Telinga :
ü  Kuku :
ü  Hidung :
ü  Mulut : Mukosa bibir kering dan pucat
ü  Thorak /paru
-          Inspek : RR : 32x/i, penggunaan otot bantu pernapasan (+), takipnea (+),dispnea (+),pernapasan dangkal, dan  rektrasi dinding dada tidak ada.
-          Palpasi : fremitus menurun pada kedua paru
-          Perkusi : redup
-          Auskultrasi : bunyi napas bronkial, krekels (+),stridor (+).
Ø  Vaskular periper :

5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan fungsi paru ; menentukan kemampuan paru untuk pertukaran gas karbondioksida dan termasuk tetapi tidak terbatas pada hal berikut        ini         :
1. GDA : mengkaji status oksigenasi dan ventilasi dan keseimbangan asam
            basa.
2.Kapasitas vital (VC) : menurun pada keterbatasan dada atau kondisi paru, normal atau meningkat pada PPOM : normal atau menurun pada penyakit neuromuscular (Guillain-Barre), menurun pada kondisi keterbatasan
       gerak    torax    (kifoskoliosis).
3. Kapasitas vital kuat (FVC) : (diukur dengan spirometri) menurun pada
  kondisi restriktif
4. Volume tidal (VT) : dapat menurun pada proses restriktif atau obstruktif
5. Inspirasi negative kuat (NIF) : dapat mempengaruhi kapasitas vital untuk membantu menentukan apakah pasien dapat bernafas.
6. Ventilasi menit : mengukur volume untuk inhalasi dalam 1 menit pernafasannormal.
7. Tekanan inspirasi (Pimax) : mengukur regangan otot pernafasan.
8.Volume ekspirasi kuat (FEV) : biasanya menurun pada PPOM.
9. Sinar x dada ; mengawasi perbaikan/kemajuan kondisi atau komplikasi.



·        3.2 Analisa Data
NO
ANALISA DATA
ETIOLOGI
MASALAH
1

DS:-

DO: RR menurun, pola nafas tidak teratur, pucat, ketidaknormalan frekuensi, irama dan kedalaman nafas, hipoksia, tachycardia, tekanan O2 dan CO2 menurun. Pada lapangan paru bawah bilateral terdapat bercak-bercak nodular Trakeostomy
Akumulasi secret pada jalan jalan nafas yang menjadi daerah insisi trakeostomy
Jalan nafas terganggu


Penumpukan sekret di area trakea

Bersihan jalan nafas tidak efektif
2
DS :-
DO : klien terpasang trakeostomi Trakeostomy

insisi trakeostomy
kondisi daerah insisi yang tidak bersih
kuman, bakteri berkembang

Kondisi insisi yang tidak steril
Resiko infeksi
3
DS : Klien tidak bisa mengeluarkan suaranya saat mencoba bicara
DO: suara klien tidak terdengar. Hanya terdengar suara hembusan. Klien berkomunikasi dengan isyarat Trakeostomy

Daerah insisi trakeostomy
Membuka saluran baru yang dilalui udara sebelum pita suara
Suara yang dihasilkan tidak bisa sampai menggetarkan pita suara
Suara tidak kelua

Adanya lesi pada tenggorokan
Gangguan komunikasi verbal
4
DS : -
DO: klien menjadi sangat murung, pendiam dan terlihat membatasi diri Trakeostomy
Gangguan komunikasi dengan orang lain
Merasa berbeda dengan orang lain
Rendah diri

Pemasangan trakeatomi
Gangguan citra tubuh













ncp















Ncp
















3.4 implementasi dan evaluasi SOAP

No

Hari/tgl

Dx kep

Implementasi

Evaluasi

1.

jumat,6 mei 2012

Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terdapatnya benda asing dalam saluran pernapasan yang menyebabkan sumbatan

 

Pukul 07:30 wib

Mandiri:
·  mengkaji dan document asikan keefektifan pemberian oksigen, pengobatan yang diresepkan dan kaji kecenderungan pada gas darah arteri.Tujuan: Perawat mendokumentasikan kefektifan pemberian oksigen, gas darah arteri normal
1.. Mengauskultasi paru setiap 4 jam
2. Menganjurkan klien untuk tarik nafas dalam dan batuk
3. Melakukan fisioterapi nafas jika tidak ada kontraindikasi
4. Membersihkan trakheostomy tube klien sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan jumlah akumulasi secret
5. Melakukan suctioning bila perlu
6. Melakukan nebulizing

Pukul 10. 00 wib

S =
§  Klien mengatakan batuk berdahak berkurang dan tidak lagi sesak napas
§  Klien mengatakan tidak nyeri lagi  pada daerah tenggorokan
O :
§  klien tampak bergairah,
§  klien tampak tidak kesulitan bernapas
§  klien tampak tidak gelisah lagi
§  Takipnea tidak ada
§  pernapasan normal
§ Klien tampak tidak lagi menahan rasa sakit /nyeri pada tenggorokan.
§ Klien tidak kesulitan bernapas.
§ Tidak ada pucat
A=
§ Masalah teratasi
§ Batuk berdahak berkurang, napas normal, nyeri di tenggorokan tidak ada lagi.ronchi dan wheezing tidak terdengar
P=
Intervensi di hentikan.

 

2

sabtu, 7 mei 2012

Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan pemasangan trakeatomi

 

Pukul 11:30 wib

Mandiri:
§  1. Beri kesempatan klien untuk berkomunikasi
2. Amati gerak non verbal klien
3. Sediakan kertas dan bolpoin jika pasien lemah tidak mampu berbicara banyak
4. Ajarkan pada pasien yang terpasang trakheostomi tentang cara menutup lubang trakheostomi dengan jari yang bersih atau

Pukul 15:30 wib

S:
§  klien mengatakan tidak ada rasa nyeri pada tenggorokan

§  klien mengatakan tidak kesulitan berbicara lagi
O:
§  tidak ada infeksi pada trakea
§  tidak ada edema pada laring
§  tidak ada pembesaran jaringan pada daerah laring

A=

§ Masalah teratasi
§ Interaksi social klien berkembang

P=

Intervensi di hentikanchi

3

minggu, 8 mei 2012

Resiko infeksi berhubungan dengan pembuatan saluran nafas baru dari mekanisme pertahanan respirasi.

Pukul 09. 00 wib
Mandiri
·  1. Cuci tangan sebelum melakukan prosedur
·  Dengan tangan yang bersih saat melakukan prosedur, memperkecil kemungkinan terjadinya infeksi
2. Monitor dan laporkan adanya tanda-tanda infeksi, misalnya demam, penurunan RR (Respiratory Rate), dahak kental, peningkatan jumlah sel darah merah
·  2. Mengidentifikasi adanya infeksi dan memperkecil komplikasi
3. Jaga pemaparan trakheostomy terhadap benda asing
·  Pemaparan terlalu sering pada trakheostomy mengakibatkan pneumonia

4. Gunakan teknik steril dalam melakukan perawatan trakheostomi dan suctioning
·  Agar mikroorganisme tidak dapat masuk ke jalan nafas
5. Anjurkan untuk diet tinggi kalori tinggi protein
·  Untuk meningkatkan sistem imun

 

Pukul 13. 00 wib

S: pasien mengatakan tidak lemah lagi
§  rasa  nyaman dalam bernafas
O:
§  tidak ada infeksi pada trakea
§  Pasien tampak segar
§  Tidak ada Pembekakan pada laring
A:
§ Masalah teratasi tidak ada tanda-tanda infeksi
P=
intervensi di hentikan.

 













No

Hari/tgl

Dx kep

Implementasi

Evaluasi

4.

Senin 9 mei 2012

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan terpasangnya trakheostomy tube

Mandiri

 

1. Kaji perasaan klien terhadap trakheostomi yang terpasang pada dirinya. Pengkajian adalah hal dasar sebelum menentukan perawatan

2. Dekati pasien dengan komunikasi teraupetik. Untuk meningkatkan sikap kooperatif klien
3. Minta pasien untuk mengungkapkan perasaannya saat dipasang trakheostom. Untuk mengetahui masalah yang dialami klien agar mudah menemukan solusi
4. Bantu pasien patofisiologi trakea tomi.Dapat meningkatkan harga diri pasien


Pukul 10. 30 wib

S =
§  Klien mengatakan kepercayaan diri nya kembali
O :
§  klien tampak bergairah,
§  klien tampak sikap kooperatif meningkat
§  klien tampak tidak gelisah lagi
§  pernapasan normal
§ Tidak ada pucat
A=
§ Masalah teratasi
§ Klien tidak ada lagi merasa harga dirinya rendah


P=
Intervensi di hentikan.

 






BAB IV
PENUTUP

    1. Kesimpulan
Trakeostomi adalah tindakan operasi membuat jalan udara melalui leher dengan membuat stoma atau lubang di dinding depan/ anterior trakea cincin kartilago trakea ketiga dan keempat, dilanjutkan dengan membuat stoma, diikuti pemasangan kanul. Bertujuan mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas saat pasien mengalami ventilasi yang tidak adekuat dan gangguan lalulintas udara pernapasan karena obstruksi jalan nafas bagian atas.
Menurut lama penggunaannya, trakeosomi dibagi menjadi penggunaan permanen dan penggunaan sementara, sedangkan menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan letak yang tinggi dan letak yang rendah dan batas letak ini adalah cincin trakea ke tiga. Jika dibagi menurut waktu dilakukannya tindakan, maka trakeostomi dibagi kepada trakeostomi darurat dengan persiapan sarana sangat kurang dan trakeostomi elektif (persiapan sarana cukup) yang dapat dilakukan secara baik (Soetjipto, Mangunkusomu, 2001).

    1. Saran
Mahasiswa yang mempelajari makalah ini memahami trakeostomi secara keseluruhan dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien trakeostomi dengan cermat. Apabila ada kesalahan mohon disampaikan.

DAFTAR PUSTAKA
Nurseslab, (2011).Tracheostomy nursing care & management.nurseslabs. diakses 27 september 2011 pukul 19.42, dari web site http://nurseslabs.com/nursing-procedures/tracheostomy-nursing-care-management/
Lindman, MD; Chief Editor: Arlen D Meyers, MD, MBA, (2011). Tracheostomy. Medscape reference. Diakses 28 september 2011 pukul 06.16, dari web site http://emedicine.medscape.com/article/865068-overview
Aaron, (1996). Tracheostomy care. Diakses 28 september 2011 pukul 06.30, dari web site http://www.tracheostomy.com/care/care.htm
Bryant, LR., Trinkle, J., Dublier L.(1971) Reappraisal of tracheal injury from cuffed tracheostomy tubes. Journal of the American Medical Association 215:4
Gibson, I. (1983) Tracheostomy management. Nursing 2(18), pp538-540
Griggs, A. (1998) Tracheostomy: Suctioning and humidification. Nursing Standard Continuing Education Reader pp18-23
Hooper, M. (1996) Nursing care of the patient with a tracheostomy. Nursing Standard 15(10), pp 40-43
Claudia Russell.,&Basil Matta. (2004). Tracheostomy, A Multiprofesional Handbook. London San Fransisco:GMM.
Davis, FA. Understanding The Respiratory System. 2007.
 Doenges, Marylin E. dkk. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3 EGC. Jakarta

 Reeves, Charlene J. Dkk. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Salemba Medika. JakartA
 Trakeostomi. Avilable from http.www.detikhealth.com. accesed at April 5, 2010.


2 komentar: