MAKALAH SISTEM RESPIRASI
ASKEP KLIEN DENGAN TRAKEOSTOMI
DISUSUN OLEH KELOMPOK 6
Ø Faldho iswari (1026010027)
Ø Claresta siera (1026010014)
Ø Hellyn saputri (1026010015)
Ø Lastri
(1026010017)
Ø Feni eviana (1026010028)
Ø Rahma martini putri (1026010038)
Ø Sekti anom (1026010034)
Ø Nitha arianti (1026010021)
DOSEN
PEMBIMBING:
Ns.Agus
Supriyadi,S.Kep
PROGRAM STUDY ILMU KESEHATAN
STIKES TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan kepada ALLAH SWT atas segala rahmat dan hidayah – Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah respirasi dengan judul Trekeostomi.
Penulis juga berharap
supaya makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran mahasiswa keperawatan untuk
menambah wawasan dan pengetahuan serta menjadi acuan dalam praktek keperawatan.
Penulis juga menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan di sana sini . oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan saran dan masukkan dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini di masa mendatang.
Mei 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang................................................................................. 4
1.2. Tujuan.............................................................................................. 5
1.3. Rumusan Masalah............................................................................. 6
1.4. Manfaat............................................................................................ 7
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep
Dasar Teori
2.1. Pengertian....................................................................................... .8
2.2.
Indikasi dan kontraindikasi takeostomi............................................. 10
2.3.
Klasifikasi Trakeostomi.................................................................... 17
2.4.
Penatalaksanaan.............................................................................. 20
2.5.
Komplikasi...................................................................................... 24
B.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1.
Pengkajian Teoritis Lengkap.............................................. 25
2.2.2.
Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul...................... 29
2.2.3.
NCP (Nursing Care Planning)........................................... 30
BAB III TINJAUAN KASUS (Kasus
Fiktif)
3.1... Pengkajian Lengkap..................................................................... . 41
3.2. Diagnosa
Keperawatan Yang Muncul........................................... . 47
3.3. NCP (Nursing Care Planning)........................................................ 49
3.4. Implementasi Dan Evaluasi SOAP.................................................. 51
BAB IV
PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Trakeostomi adalah suatu prosedur
meliputi pembuatan lubang permanen atau sementara melalui tindakan bedah ke
dalam trakea pada cincin trakea kedua, ketiga, atau keempat dan pemasangan
selang indwelling untuk memungkinkan ventilasi dan pembuangan sekresi. Indikasi
trakeostomi meliputi edema trakea karena trauma atau respons alergi, obstruksi
jalan nafas mekanis, ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi trakeabronkial,
pencegahan aspirasi pada klien tak sadar yang memerlukan ventilasi mekanis
jangka panjang, apnea tidur, perdarahan jalan nafas atas, fraktur laring atau
trakeal, dan luka bakar jalan nafas (Black, 1993).
Perawat sebagai care provider
pasien dituntut mampu memahami trakeostomi secara keseluruhan. Dimulai dari
anatomi dan fisiologi trakea, definisi trakeostomi, tata cara penatalaksanaan
prosedur trakeostomi, dan asuhan keperawatan pada prosedur trakeostomi.
Tindakan pembedahan ini memiliki
reputasi yang cukup panjang. Buku suci agama Hindu Rig Veda yang
ditulis antara tahun 2000 dan 1000 SM menjelaskan suatu tindakan yang dapat
menyatukan kembali pipa udara apabila tulang rawan leher dipotong. Namun para
ahli sejarah menganggap Asclepiades yang lahir sekitar 124 SM merupakan orang
pertama yang melakukan operasi ini.
Trosseau dan Bretonneau
mempopulerkan operasi ini di Perancis. Mereka melakukannya untuk menangani
kasus difteria (infeksi akut yang disebabkan Corymebacterium Diphteriae di mana
gejala klinik eksotoksin yang dihasilkan oleh bakteri ini. Salah satu gejala
adalah obstruksi pernafasan : sesak, retraksi dinding thoraks, sianosis dengan
penanganan pemberian oksigen atau pun trakeostomi). dengan angka keberhasilan 25 persen (pada saat itu
angka tersebut merupakan angka penyembuhan yang cukup tinggi).
Pada tahun 1932 dengan usulan Wilson
bahwa koreksi jalan nafas dapat dilakukan pada kasus – kasus paralisis
pernafasan yang sulit, khususnya poliomielitis. Galloway juga ikut berperan dalam
mengarahkan pemikiran pada era ini, dengan melakukan trakeostomi untuk indikasi
seperti cedera kepala, cedera dada yang berat, intoksikasi barbiturat dan
kontrol jalan nafas paska bedah.
Saat ini tengah dikembangkan teknik
trakeostomi perkutaneus yang mana secara umum adalah suatu prosedur elektif,
teknik ini tidak sesuai untuk situasi emergensi.
1.2. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui, memahami dan mampu mengaplikasikan
penatalaksanaan dan asuhan keperawatan klien dengan trakeostomi.
2. Tujuan Khusus
- Mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi trakea.
- Mengetahui dan memahami definisi trakeostomi.
- Mengetahui dan memahami indikasi dan kontraindikasi prosedur trakeostomi.
- Mengetahui dan memahami klasifikasi dan jenis trakeostomi.
- Mengetahui dan memahami serta diharapkan mampu mengaplikasikan trakeostomi.
- Mengetahui dan memahami serta diharapkan mampu mengaplikasikan perawatan alat yang digunakan pada trakeostomi.
- Mengetahui dan memahami komplikasi yang timbul pada klien dengan trakeostomi.
- Mengetahui dan memahami WOC trakeostomi.
- Mengetahui dan memahami indikasi dan kontraindikasi pelepasan trakeostomi.
- Mengetahui dan memahami serta diharapkan mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan klien dengan trakeostomi.
1.3. Rumusan
Masalah
- Bagaimana anatomi dan fisiologi trakea ?
- Apa definisi trakeostomi?
- Apa saja indikasi dan kontraindikasi trakeostomi?
- Apa saja klasifikasi dan jenis trakeostomi?
- Bagaimana prosedur trakeostomi?
- Bagaimana mengaplikasikan perawatan alat yang digunakan pada trakeostomi?
- Apa komplikasi yang timbul pada klien dengan trakeostomi penatalaksanaan trakeostomi?
- Bagaimana WOC pada trakeostomi?
- Apa saja indikasi dan kontraindikasi pelepasan trakeostomi?
- Bagaimana mengaplikasikan asuhan keperawatan klien dengan trakeostomi?
1.4. MANFAAT
2.
pengetahuan dan wawasan bagi pembaca tentang
asuhan keperawatan pada klien trakeatomi
3.
Makalah ini diharapkan menambah
pengetahuan dan ketrampilan kelompok
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien trakeatomi
4.
Sebagai bahan informasi bagi
mahasiswa praktikum dalam
penatalaksanaan trakeatomi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Konsep Dasar Teori
2.1.
Pengertian
Trakeostomi
adalah tindakan membuat stoma atau lubang agar udara dapat masuk ke paru-paru
dengan memintas jalan nafas bagian atas (Adams, 1997).
Trakeostomi
adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea untuk
mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas
jalan nafas bagian atas (Hadikawarta, Rusmarjono, Soepardi, 2004).
Trakeostomi
merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengatasi pasien dengan ventilasi
yang tidak adekuat dan obstruksi jalan pernafasan bagian atas. Insisi yang
dilakukan pada trakea disebut dengan trakeotomi sedangkan tindakan yang membuat
stoma selanjutnya diikuti dengan pemasangan kanul trakea agar udara dapat masuk
ke dalam paru-paru dengan menggunakan jalan pintas jalan nafas bagian atas
disebut dengan trakeostomi (Robert, 1997).
Istilah trakeostomi
dan trakeostomi dengan maksud membuat hubungan antara leher bagian anterior dengan
lumen trakea, sering saling tertukar. Definisi yang tepat untuk trakeotomi
ialah membuat insisi pada trakea, sedang trakeostomi ialah membuat stoma pada
trakea.
Dapat disimpulkan,
trakeostomi adalah tindakan operasi membuat jalan udara melalui leher dengan
membuat stoma atau lubang di dinding depan/ anterior trakea cincin kartilago
trakea ketiga dan keempat, dilanjutkan dengan membuat stoma, diikuti pemasangan
kanul. Bertujuan mempertahankan
jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian
atas saat pasien mengalami
ventilasi yang tidak adekuat dan gangguan
lalulintas udara pernapasan karena obstruksi jalan nafas bagian atas.
Ø
Fungsi
Trakeostomi
- Mengurangi tahanan aliran udara pernafasan yang selanjutnya mengurangi kekuatan yang diperlukan untuk memindahkan udara sehingga mengakibatkan peningkatan regangan total dan ventilasi alveolus yang lebih efektif. Asal lubang trakheostomi cukup besar (paling sedikit pipa 7)
- Proteksi terhadap aspirasi
- Memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang sangat penting pada pasien dengan gangguan pernafasan
- Memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk pembersihan
- Memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke traktus respiratorius
- Mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah pemindahan secret ke perifer oleh tekanan negative intratoraks yang tinggi pada fase inspirasi batuk yang normal.
Ø
Anatomi
dan Fisiologi Trakea
(Davies, 1997) menjelaskan bahwa trakea merupakan
tabung berongga yang disokong oleh cincin kartilago. Trakea berawal dari
kartilago krikoid yang berbentuk cincin stempel dan meluas ke anterior pada
esofagus, turun ke dalam thoraks di mana ia membelah menjadi dua bronkus utama
pada karina. Pembuluh darah besar pada leher berjalan sejajar dengan trakea di
sebelah lateral dan terbungkus dalam selubung karotis. Kelenjar tiroid terletak
di atas trakea di sebelah depan dan lateral. Ismuth melintas trakea di sebelah
anterior, biasanya setinggi cincin trakea kedua hingga kelima. Saraf laringeus
rekuren terletak pada sulkus trakeoesofagus.
2.2.
Indikasi Dan Kontra Indikasi Trakeostomi
Manifestasi Klinis yang mengindikasikan terjadinya
trakeostomi :
1. Terjadinya obstruksi jalan nafas
atas secretpada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis,missal
nya pada pasien dalam keadaan koma.
2. Untuk memasang alat bantu pernafasan
(respirator).apabila terdapat benda asing di subglotis.penyakit inflamasi yang
menyumbat jalan nafas ( missal angina Ludwig).neoplastik atau traumatic yang
timbul melalui mekanisme serupa.
3. Mengurangi ruang rugi disaluran nafas atas seperti rongga
mulut,sekitar lidah dan faring.hal ini sangat berguna pada pasien dengan kerusakan paru-paru,yang kapasitas
vital nya berkurang.
1. Indikasi
1.
Obstruksi
mekanis saluran nafas atas.
Pasien yang mengalami
obstruksi dan atau pun penyumbatan jalan nafas dan mengalami kegagalan dalam
pemakaian intubasi endotrakeal. Antara lain akibat ;
No.
|
Penyebab
|
Contoh
|
1.
|
Kongenital/bawaan
|
- Stenosis
(penyempitan) subglotis atau trakea atas.
- Anomali trakeoesofagus.
- Haemangioma (adalah kumpulan
pembuluh darah kecil yang membentuk benjolan di bawah kulit). Haemangiomas
pada, dagu rahang atau leher anak kadang-kadang dapat mempengaruhi jalan
napas nya, menyebabkan kesulitan bernapas. Tanda pertama dari hal ini
adalah stridor, ketika anak membuat suara serak dengan napas
masing-masing. Jika hemangioma tumbuh, dapat menyumbat jalan
napas. Pada beberapa anak, laser pengobatan hemangioma jalan napas
selama microlaryngobronchoscopy a (MLB) meningkatkan masalah
pernapasan, tetapi kadang-kadang seorang anak mungkin perlu memiliki
trakeostomi (pembukaan ke batang tenggorokan buatan) untuk meningkatkan
pernapasan mereka.
|
2.
|
Infeksi
|
- Epiglotitis akut
-Laryngotracheobronchitis
- Angina Ludwig (radang berat disertai
supurasi di daerah bawah mulut)
|
3.
|
Keganasan
|
Tumor laring, faring, lidah, atau trakea atas tingkat lanjut dengan
stridor.
|
4.
|
Trauma
|
-
Menelan cairan korosif.
|
5.
|
Kelumpuhan
pita suara
|
|
6.
|
Benda
asing .
|
- Terhirup objek yang bersarang di
saluran nafas atas menyebabkan stridor.
- Adanya benda asing
di subglotis. Stoma berguna untuk
mengambil benda asing dari subglotik, apabila tidak mempunyai fasilitas untuk
bronkoskopi.
|
- Perlindungan Trakeobronkial Tree dari Aspirasi.
Dalam kondisi kronis di
mana adanya ketidakmampuan laring atau faring dapat memungkinkan aspirasi dan
menghirup air liur atau isi lambung, trakeostomi harus dilakukan. Kondisi itu
di alami karena ;
No.
|
Penyebab
|
Contoh
|
1.
|
Penyakit neurologis
|
-
Polyneuritis (terganggunya transmisi
syaraf atau jaringan syaraf yang kekurangan energi, misalnya Guillainâ € "Barre yaitu penyakit yang
menyerang radiks saraf yang bersifat akut dan menyebabkan kelumpuhan yang
gejalanya dimulai dari tungkai bawah dan meluas ke atas sampai tubuh dan
otot-otot wajah).
- Tetanus.
Adanya penyumbatan di
rongga faring dan laring karena difteri, laryngitis, atau tetanus (kejang
otot) sering ditanggulangi dengan Trakeostomi.
- Bulbar poliomyelitis
- Multiple sclerosis
- Myasthenia
gravis
Menyebabkan kelumpuhan
vocal bilateral dengan kegagalan pernafasan akut.
Hilangnya refleks laring
dan ketidakmampuan untuk menelan dapat mengakibatkan resiko tinggi terjadinya
aspirasi.
|
2.
|
Koma
|
- Cedera kepala
- Overdosis
- Keracunan
- Stroke
- Tumor otak
Dalam
situasi di mana nilai GCS kurang dari 8,pasien beresiko aspirasi karena
refleks pelindung hilang.
|
3.
|
Trauma
|
Dapat mengakibatkan aspirasi darah
dari saluran nafas atas.
|
3.
Gagal nafas
No.
|
Penyebab
|
Contoh
|
1.
|
Kerusakan
paru.
|
Menyebabkan kapasitas vitalnya berkurang
dan trakeostomi mengurangi ruang rugi (dead air space)
di saluran nafas atas seperti rongga mulut, sekitar lidah dan faring.
|
2.
|
Penyakit paru
|
- Eksaserbasi bronkitis kronis
- Emfisema
- Asma berat.
-
Pneumonia berat.
|
3.
|
Penyakit
neurologis.
|
Kasus yang parah seperti Multiple
Sclerosis (MS) menyebabkan masalah seperti disfagia (kesulitan menelan),
batuk, dan gagal nafas.
|
4.
|
Luka
dada
|
Dapat menyebabkan pneumotoraks yang berakibat gagal nafas.
|
- Retensi sekresi bronchial
No.
|
Penyebab
|
Contoh
|
1.
|
Penyakit
paru
|
|
2.
|
Penurunan tingkat kesadaran
|
|
3.
|
Trauma
ke kandang otot toraks
|
Indikasi lainnya yaitu :
·
Cedera
parah pada wajah dan leher
·
Setelah
pembedahan wajah dan leher
·
Hilangnya
refleksi dan ketidakmampuan untuk menelan sehingga mengakubatkan resiko tinggi
terjadinya aspirasi
1.
Karsinoma
Nasofaring
Agen
penyebab masuk ke saluran napas atas dan mengiritasi epitoliuma yang terdapat
pada dinding mukosa nasofaring sampai berulserasi dan terinfeksi, menyebabkan
pertumbuhan jaringan baru yang dapat bersifat ganas yang dapat menyebabkan
obstruksi saluran pernapasan bagian atas. Menyebabkan pertukaran O2 di dalam
tubuh terhambat, sehingga pemenuhan kebutuhan O2 tidak adekuat. Selain itu,
karsinoma nasofaring bisa bermetastase ke jaringan / organ tubuh lain.
Gejalanya
dibagi dalam 4 kelompok, yaitu:
· Gejala
nasofaring sendiri, berupa epistaksis ringan, pilek / sumbatan hidung.
· Gejala
telinga, berupa tinitus, rasa tidak nyaman sampai nyeri di telinga.
· Gejala
saraf, berupa gangguan saraf otak seperti diplopia, parestesia di daerah pipi,
neurolgia trigeminal, parasis / paralisis arkus faring, kelumpuhan otot bahu
dan sering tersedak.
· Gejala
/ metastatis di leher, berupa benjolan di leher.
2.
Obstruksi
Laring
Laring
merupakan kotak kaku dan mengandung ruangan sempit antara pita suara (glotis),
dimana udara harus melewati ruang ini. Adanya pembengkakan membran mukosa
larings dapat menutupi jalan ini yang menjadi penyebab kematian.
Obstruksi
Laring :
· Hipersalivasi
· Suara
sengau
· Kadang-kadang
sulit membuka mulut
· Pembengkakan
· Nyeri
tekan pada kelenjar submandibular
· Palatum
mole pembengkakan
· Teraba
fruktuasi
· Tonsil
bengkak
3.
Angina ludwig
Merupakan abses leher dalam terbentuk didalam ruang potensial diantara
fasia leher sebagai akibat perjalanan infeksi dari berbagai sumber seperti
gigi,mulut tenggorokan.dan juga angina adalah peradangan selulitis atau flegmon
dari bagian superior ruang suprahioid.ruang ini terdiri dari ruang
sublingual,submental dan submaksilar.ditandai dengan pembengkakan pada bagian
bawah ruang submandibular,yang mencakup jaringan yang menutupi otot-otot diantara
laring dan dasar mulut.
2.
Kontraindikasi
Trakeostomi.
Antisipasi adanya penyumbatan karena
karsinoma (sejenis kanker).
·
Infeksi
pada tempat pemasangan.
·
Gangguan pembekuan darah yang tidak
terkontrol, contoh ; Hemofili.
2.3.
Klasifikasi
Trakeostomi
Menurut lama
penggunaannya, trakeosomi dibagi menjadi penggunaan permanen dan penggunaan
sementara, sedangkan menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan letak yang
tinggi dan letak yang rendah dan batas letak ini adalah cincin trakea ke tiga.
Jika dibagi menurut waktu dilakukannya tindakan, maka trakeostomi dibagi kepada
trakeostomi darurat dengan persiapan sarana sangat kurang dan trakeostomi
elektif (persiapan sarana cukup) yang dapat dilakukan secara baik (Soetjipto,
Mangunkusomu, 2001).
1. Menurut
Lama Pemasangan
a.
Permanen (Tracheal
Stoma Post Laryngectomy)
Tracheal
cartilage diarahkan kepermukaan kulit, dilekatkan pada leher. Rigiditas
cartilage mempertahankan stoma tetap terbuka sehingga tidak diperlukan
tracheostomy tube (canule).
b.
Sementara (Tracheal
Stoma without Laryngectomy)
Trachea
dan jalan nafas bagian atas masih intak tetapi terdapat obstruksi. Digunakan
tracheostomy tube (canule) terbuat dari metal atau Non metal (terutama pada
penderita yang sedang mendapat radiasi dan selama pelaksanaan MRI Scanning).
2. Menurut
Letak Insisi
1. Insisi Vertikal
Dilakukan pada keadaan darurat
2. Insisi Horisontal.
Dilakukan pada keadaan
elektif.
3. Menurut Waktu Dilakukan Tindakan
1. Darurat
Tipe ini hanya bersifat
sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat. Dilakukan pembuatan lubang di
antara cincing trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang dibuat
lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak meninggalkan scar.
Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil. Menggunakan
teknik insisi vertical.
2.
Non-Darurat
Tipe ini dapat sementara dan permanen dan
dilakukan di dalam ruang operasi. Insisi dibuat di antara cincin trakea kedua
dan ketiga sepanjang 4-5 cm. Menggunakan teknik insisi horizontal.
Untuk
lebih jelasnya perhatikan table berikut :
No.
|
Waktu
dilakukan Tindakan
|
Lama
Penggunaan
|
Teknik
Insisi
|
1.
|
Darurat
|
Sementara
|
Vertikal,
dibuat di anatara cincin trakea 1 dan 2 atau 2 dan 3.
|
2.
|
Non-darurat
|
Permanen
|
Horizontal,
dibuat di antara cincin trakea 2 dan 3 sepanjang 4-5 cm.
|
2.4.
Penatalaksanaan Trakeostomi
Ø Jenis Tindakan
- Darurat, dilakukan Percutaneous Tracheostomy.
Tipe ini hanya bersifat
sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat. Dilakukan pembuatan lubang di
antara cincing trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang dibuat
lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak meninggalkan scar.
Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil.
- Elektif, dilakukan Surgical Tracheostomy.
Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam
ruang operasi. Insisi dibuat di antara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang
4-5 cm. Selain itu, terdapat Mini trakeostomi,
yaitu pada tipe ini dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan
trakeostomi mini ini dimasukan menggunakan kawat dan dilator (Bradley, 1997).
Ø
Prosedur
1. Persiapan Alat
·
Alat
– alat ;
- Spuit yang berisi analgesia.
- Pisau bedah.
- Pinset anatomi.
- Gunting panjang tumpul.
- Sepasang pengait tumpul.
- Benang bedah.
- Klem arteri, gunting kecil yang tajam.
- Kanul trakea dengan ukuran yang sesuai.
Ø Jenis
Pipa
1.
Cuffed Tubes.
Selang dilengkapi dengan
balon yang dapat diatur sehingga memperkecil risiko timbulnya aspirasi.
2. Uncuffed Tubes.
Digunakan pada tindakan trakeostomi
dengan penderita yang tidak mempunyai risiko aspirasi.
3.
Trakeostomi dua cabang (dengan kanul
dalam).
Dua bagian trakeostomi ini dapat
dikembangkan dan dikempiskan sehingga kanul dalam dapat dibersihkan dan diganti
untuk mencegah terjadi obstruksi.
4.
Silver Negus Tubes.
Terdiri dari dua bagian pipa yang
digunakan untuk trakeostomi jangka panjang. Tidak perlu terlalu sering
dibersihkan dan penderita dapat merawat sendiri
5.
Fenestrated Tubes.
Trakeostomi ini mempunyai bagian yang
terbuka di sebelah posteriornya, sehingga penderita masih tetap merasa bernafas
melewati hidungnya. Selain itu, bagian terbuka ini memungkinkan penderita untuk
dapat berbicara (Kenneth, 2004).
3. Ukuran.
Ukuran trakeostomi standar adalah 0
– 12 atau 24 – 44 French. Trakeostomi umumnya dibuat dari plastik, namun dari
perak juga ada. Tabung dari plastik mempunyai lumen lebih besar dan lebih lunak
dari yang besi. Tabung dari plastik melengkung lebih baik kedalam trakea
sehingga iritasi lebih sedikitdan lebih nyaman bagi klien.
Ø Persiapan Pasien.
1.
Posisikan
pasien berbaring terlentang dengan bagian kaki lebih rendah 30° untuk menurunkan tekanan vena sentral pada vena-vena
leher.
2.
Bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga memudahkan kepala
untuk diekstensikan pada persendian atalanto oksipital. Dengan posisi seperti
ini leher akan lurus dan trakea akan terletak di garis median dekat permukaan
leher.
3.
Kulit
leher dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik dan ditutup
dengan kain steril. Obat anestetikum disuntikkan di pertengahan krikoid dengan
fossa suprasternal secara infiltrasi.
Ø Prosedur Inti.
1. Sayatan kulit 5 sentimeter,
vertikal di garis tengah leher mulai dari bawah krikoid sampai fosa
suprasternal, sedangkan sayatan horizontal di pertengahan jarak antara
kartilago krikoid dengan fosa suprasternal atau kira-kira dua jari dari bawah
krikoid orang dewasa.
2.
Dengan gunting panjang yang tumpul,
kulit serta jaringan di bawahnya dipisahkan lapis demi lapis dan ditarik ke
lateral dengan pengait tumpul sampai tampak trakea yang berupa pipa dengan
susunan cincin tulang rawan yang berwarna putih. Bila lapisan ini dan jaringan
di bawahnya dibuka tepat di tengah maka trakea ini mudah ditemukan. Pembuluh
darah vena jugularis anterior yang tampak ditarik ke lateral. Ismuth tiroid
yang ditemukan ditarik ke atas supaya cincin trakea jelas terlihat. Jika tidak
mungkin, ismuth tiroid diklem pada dua tempat dan dipotong ditengahnya. Sebelum
klem ini dilepaskan ismuth tiroid diikat kedua tepinya dan disisihkan ke
lateral. Perdarahan dihentikan dan jika perlu diikat.
Ø Prosedur Perawatan Selang Trakeostomi
- Jelaskan prosedur pada klien & keluarga sebelum memulai dan berikan ketenangan selama pengisapan.
- Siapkan alat – alat yang diperlukan
- Cuci tangan
- Hidupkan mesin suction (portable atau wall dengan tekanan sesuai kebutuhan)
- Buka kit kateter pengisap
- Isi kom dengan normal salin
- Ventilasi klien dengan bagian resusitasi manual dan aliran oksigen yang tinggi.
- Kenakan sarung tangan pada kedua tangan ( steril )
- Ambil kateter pengisap dengan tangan non dominan dan hubungkan ke pengisap
- Masukkan selang kateter samapi pada karina tanpa memberikan isapan, untuk menstimulasi reflek batuk
11. Beri isapan
sambil menarik kateter, memutar kateter dengan perlahan 360 derajat tanpa
menyentuh lapisan mucus saluran napas (lakukan pengisapan maksimal 10-15 detik
karena pasien dapat hipoksia)
- Reoksigenasikan dan inflasikan paru pasien selama beberapa kali nafas
- Ulangi 4 langkah sebelumnya sampai jalan nafas bersih.
- Bilas kateter dg normal salin antara tindakan pengisapan
- Hisap kavitas orofaring setelah menyelesaikan pengisapan trakea
- Bilas selang pengisap
- Buang kateter, sarung tangan ke dalam tempat pembuangan kotor.
2.5. Komplikasi Trakeostomi
No.
|
Waktu
|
Komplikas
|
1.
|
Intraoperatif
|
|
2.
|
Postoperatif
|
-Emfisema subkutan
-Pneumotoraks / pneumomediastinum - Tabung berpindah
- Tabung tersumbat
- Infeksi luka
- Trakea nekrosis
- Pendarahan sekunder
- Masalah menelan
|
3.
|
Jangka
panjang
|
|
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Ø Anamnnesa
1. Data Demografi : Identitas pada klien yang harus
diketahui diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa,
alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.
2. Data Subyektif : sesak napas, nyeri
3. Data obyektif : RR
meningkat, Saturasi O2 menurun
4.
Pemeriksaan Fisik
B1 : Ronchi, RR
meningkat, Saturasi O2 menurun
5.
Pengkajian Psikososial
Ansietas terjadi pada pasien dengan trakeostomi.
Ø Pengkajian Teoritis Lengkap
1.
Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien
dan isi identitasnya yang meliputi : Nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal
lahir, alamat, agama dan tanggal pengkajian.
2.
Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah batuk berdahak, nyeri dada, sesak napas.
3.
Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Penderita
obstruksi jalan napas menampakkan gejala nyeri dada, batuk berdahak , dan
disertai sesak napas dan adanya edema pada laring.
4.
Riwayat Kesehatan terdahulu (RKD)
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien
sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien pernah menderita penyakit
sebelumnya seperti: adanya riwayat merokok, penggunaan alcohol dan penggunaan
obat kontrasepsi oral.
5.
Riwayat kesehatan Keluarga (RKK)
Riwayat adanya
penyakit obstruksi jalan napas pada anggota keluarga yang lain seperti:
penyakit Asma.
6.
Data Dasar Pengkajian Pasien
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Kkelemahan, kelelahan, keletihan, napas pendek.
Tanda : Frekuensi pernapasan meningkat.
Gejala : Kkelemahan, kelelahan, keletihan, napas pendek.
Tanda : Frekuensi pernapasan meningkat.
Perubahan irama pernapasan.
Takipnea.
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya hipertensi.
Tanda : Kenaikan tekanan darah meningkat.
Gejala : Riwayat adanya hipertensi.
Tanda : Kenaikan tekanan darah meningkat.
Penampilan kemerahan, atau pucat.
3. Integritas ego
Gejala : Perasaan
takut aka kehilangan suara, mati, terjadinya / berulangnya kanker.
Kuatir bila pembedahan mempengaruhi
hubungan keluarga, kemampuan kerja dan keuangan.
Tanda : Ansietas,
depresi, marah dan menolak
Menyangkal.
4. Eliminasi
Gejala : gangguan saat ini atau yang lalu
/ obstruksi riwayat penyakit paru
5. Makanan/cairan
Gejala : Kesulitan menelan.
Gejala : Kesulitan menelan.
Tanda : Kesulitan
menelan, mudah tersedak.
Bengkak,
luka.
(malnutrisi)
(malnutrisi)
6. Neurosensori
Gejala : Diplopia (penglihatan ganda)
Gejala : Diplopia (penglihatan ganda)
Ketulian.
Tanda : Parau menetap atau kehilangan suara.
Tanda : Parau menetap atau kehilangan suara.
Kesulitan menelan.
Ketulian konduksi.
Kerusakan membranmukosa.
7.
Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk) .
Tanda : Melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan).
Gejala : Sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk) .
Tanda : Melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan).
8.
Pernafasan
Gejala : Adanya riwayat merokok/mengunyah tembakau.
Gejala : Adanya riwayat merokok/mengunyah tembakau.
Bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia
toksik/serbuk, logam berat.
Riwayat penggunaan berlebihan suara.
Riwayat penyakit paru kronis.
Batuk dengan/tanpa sputum.
Drainase darah pada nasal.
Tanda : Sputum
dengan darah, hemoptisis .
Dispnea.
9.
Keamanan
Gejala : Terpajan sinar matahari berlebihan selama periode bertahun-tahun atau radiasi.
Gejala : Terpajan sinar matahari berlebihan selama periode bertahun-tahun atau radiasi.
10.
Perubahan
penglihatan/pendengaran.
Tanda : Massa/pembesaran nodul.
Tanda : Massa/pembesaran nodul.
11.
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala :Penggunaan alcohol berulang/riwayat penyalahgunaan alkohol.
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat :7,4 hari.
Gejala :Penggunaan alcohol berulang/riwayat penyalahgunaan alkohol.
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat :7,4 hari.
12.
Rencana
pemulangan: Bantuan dengan perawatan luka, pengobatan, pengiriman
:transpormasi, belanja, penyiapan makanan, perawatan diri, perawatan /
pemeliharaan rumah.
13. Prioritas keperawatan
· Mempertahankan kepatenan jalan napas,
ventilasi adekuat
· Membantu pasien dalam mengembangkan metode
komunikasi alternative.
· Membuat/mempertahankan nutrisi adekuat.
· Memberikan dukungan emosi untuk penerimaan
gambaran diri yang terganggu.
· Memberikan informasi tentang proses
penyakit/prognosis dan pengobatan
2.2.2
DIAGNOSA
KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Priode
Praoperasi
Ø Ansietas
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan yang akan dijalani dan
dampak kondisi pada gaya hidup.
2. Priode Pasca
Operasi
Ø Resiko
tinggi inefektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan sekresi
sekunder terhadap trakeostomi, obstruksi kanula dalam, atau perubahan posisi
selang trakeostomi.
Ø Resiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan penumpukan sekresi berlebihan dan bypass pertahanan pernafasan atas.
Ø Kerusakan
komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan untuk menghasilkan bicara
sekunder terhadap trakeostomi.
Ø Perubahan Nutrisi : Kurang dari
Kebutuhan Tubuh yang berhubungan dengan proses penyakit, anoreksia, disfagia,
odinofagia, dan status puasa pasca operasi
2.2.3
NCP
A. Periode Praoperasi
NO
|
Dx. Kep
|
Tujuan
|
Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
1. Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang pembedahan yang akan dijalani dan dampak kondisi pada gaya hidup.
|
1. Menyebutkan alasan untuk trakeostomi dan hasil yang
diperkirakan.
2. Menyebutkan keterbatasan bicara dan komunikasi yang
diantisipasi.
3. Menggambarkan perawatan segera pascaoperasi dan
tindakan perawatan diri.
4.
Praoperasi, menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif
menggunaka metode lain selain bicara
|
Ø Pertegas
penjelasan dokter tentang pembedahan dan alasannya. Bila memungkinkan,
jelaskan bahwa trakeostomi sementara diindikasikan dalam edema pascaoperasi
setelah biopsy, distress pernafasan berat, dan gangguan lain, dan bahwa
trakeostomi permanen adalah alternative untuk intubasi endotrakeal atau
nasotrakeal.
Ø Jelaskan
istilah dan konsep umum, berikan literature dan peralatan aktual, bila
memungkinkan. Pastikan klien mengenal hal berikut :
Ø Diskusikan
potensial squele bedah trakeostomi, termasuk :
Ø Jelaskan
klien tentang cara-cara alternative komunikasi (misal ; kertas atau papan
gambar). Minta klien menggunakan peragaan ulang untuk menunjukkan kemahiran.
|
Ø Menjelaskan
tentang apa yang diperkirakan terjadi dapat membantu mengurangi ansietas
klien yang berhubungan dengan ketakutan akan hal-hal yang tidak diketahui dan
tidak diperkirakan.
Ø Pengertian
tentang terminologi memperbaiki pemahaman dan membantu mengurangi ansietas.
Ø Menyiapkan
klien untuk apa yang diperkirakan dapat mengurangi ansietas karena
ketidaktahuan.
Ø Dengan
meminta klien mempraktikkan
teknikkomunikasi
sebelum prosedur memungkinkan perawat untuk mendeteksi dan berupaya untuk
memperbaiki adanya kekurangan yang serius. Penguasaan terhadap pengganti
komunikasi dapat membantu menurunkan perasaan asing dan kesepian,
meningkatkan rasa kontrol klien dan mengurangi ansietas.
|
B. Periode
Pascaprosedur
NO
|
Dx. Kep
|
Tujuan
|
Kriteria
Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
1. Resiko tinggi
inefektif bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan peningkatan sekresi
sekunder terhadap trakeostomi, obstruksi kanula dalam, atau perubahan posisi
selang trakeostomi.
|
1. Klien akan
mempertahankan selang trakeostomi paten.
2. Klien batuk dengan efektif untuk
membersihkan jalan nafas.
|
Ø Tinggikan
kepala tempat tidur 30 - 45 derajat.
Ø Anjurkan
klien untuk bernafas dalam dan batuk secara teratur.
Ø Berikan
pelembaban adekuat udara inspirasi.
Ø Pengisian
salin normal steril (5 ml) sesuai kebutuhan
Ø Suksion 5 –
10 detik sesuai kebutuhan, dengan mempertahankan teknik steril sesuai
indikasi dengan auskultasi paru.
Ø Secara
teratur inspeksi dan bersihkan selang trakeostomi.
Ø Pertahankan
status hidrasi optimal.
|
Ø Posisi ini
memudahkan pernafasan optimal dengan meningkatkan drainase sekresi.
Ø Nafas dalam
mengurangi penumpukan sekresi, batuk membantu mengeluarkan sekresi.
Ø Pelembaban
diperlukan untuk menggantikan pelembaban bypass yang normalnya diberikan
struktur nasofaringeal.
Kurang
pelembaban dapat mengarah pada pengeringan mukosa trakeal dan gangguan proses
transport mukosaliar dengan mengakibatkan rusaknya mukosa dan kemungkinan
trakeitis (Martin, 1989).
Ø Pengisian
salin akan mencuci mukosa trakeal dan bronchial dan merangsang batuk untuk
membersihkan sekresi (Mapp, 1988).
Ø Suksion
membuang sekresi dan mencegah stasis. Suksion berlebihan dapat menimbulkan
hipoksia dan atau iritasi pada mukosa trakeal (Sigler, 1993)
Ø Sekresi
kering dapat menghambat jalan nafas atau menjadi sumber infeksi
Ø Status
hidrasi mempengaruhi jumlah dan karakter sekresi, klien dehidrasi beresiko
terhadap pembentukan sumbatan oleh lendir.
|
|
2.
|
2. Resiko
tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan penumpukan sekresi berlebihan
dan bypass pertahanan pernafasan
atas.
|
1. Klien akan bebas dari infeksi pada
tempat trakeostomi.
|
Ø Suksion
selang trakeostomi setiap jam dan sesuai kebutuhan atau yang telah
dipesankan.
Ø Pertahankan
teknik steril.
Ø Gunakan
kateter yang telah diberi pelumas, ukuran yang tepat (kurang dari setengah
diameter selang trakeostomi), lumasi selang kateter non-silikon dengan air,
kateter silicon dengan pelumas larut air, nonpetroleum.
Ø Kaji batas
stoma terhadap edema yang tak biasanya, tanda kerusakan kulit, drainase, pendarahan,
bau, eritema, lesi, dan krepitus udara.
Ø Ganti balutan
trakeostomi setiap shift atau sesuai kebutuhan.
Ø Hindari
iritasi jaringan di sekitarnya dengan mengendurkan ruang satu jari di antara
pengikat dan leher.
Ø a. Bersihkan
sekitar stoma setiap 4 jam dan sesuai kebutuhan ; gunakan hydrogen peroksida
setengah kuat dan larutan salin, dan usap dengan salin.
b.Oleskan
salep antibakteri bila dipesankan.
c.Bila selang trakeostomi dijahit,
bersihkan sekitar stoma menggunakan bola kapas.
|
Ø Penghisapan
teratur menghilangkan sekresi yang tertumpuk, yang memberikan media baik
untuk pertumbuhan mikroorganisme.
Ø Memberi
perlindungan infeksi.
Ø Kateter yang
terlalu besar dapat menghambat jalan nafas, kateter yang tidak dilumasi dapat
mengetuk selang trakeostomi
Ø Drainase
abnormal dapat menunjukkan infeksi (purulen, bau) atau kebocoran duktus
torakal (seperti susu).
Ø Penggantian
balutan teratur membantu mempertahankan batas stoma tetap kering dan bebas
mukus.
Ø Ikatan harus
cukup aman untuk mencegah gerakan turun naik selang trakeostomi dalam trakea
tetapi tidak terlalu kencang karen dapat menekan vena jugularis eksterna.
Ø Pembersihan
teratur menghilangkan sumber kontaminasi potensial. Dokter mungkin membiarkan
stoma tanpa balutan selama periode pascaoperasi segera untuk memudahkan
pengkajian dan pembersihan.
|
|
3.
|
Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk menghasilkan bicara sekunder terhadap trakeostomi.
|
|
Ø Berdasarkan
hasil pengkaji-an, lakukan konsultasi yang tepat (misal patologis wicara
,optalmologist, atau otorhi-nolaringologist).
Ø Sebelum
pembedahan jelas-kan klien tentang efek yang diperkirakan dari trakeosto-mi
terhadap bicara.
Jelaskan fisiologi normal penghasilan bicara dan
bagaimana trakeostomi mengganggu mekanisme ini
Ø Setelah
mengidentifikasi me-tode komunikasi pengganti yang tepat, instruksikan kli-en
untuk mempraktikkan pa-da praoperasi, bila memung-kinkan.
Anjurkan staf
dan para pen-dukung untuk mempraktik-kan juga komunikasi peng-ganti.
|
Ø Klien mungkin
memerlukan intervensi intensif, khusus unutk memastikan komunikasi yang
efektif.
Ø Pengertian
klien bahwa trakeostomi normalnya tidak mengganggu struktur anatomi yang
bertanggung jawab terhadap penghasilan bunyi, dan bahwa kerusakan bunyi
mungkin sementara, dapat membantu klien mengatasi kerusakan bicara dan dapat
mendorong penggunaan metode komunikasi pengganti (Trwley, 1987).
Ø Penggunaan
bentuk komunikasi pengganti dapat membantu menurunkan ansietas dan perasaan
terisolasi dan asing, meningkatkan control terhadap situasi, dan meningkatkan
keamanan (Sawyer, 1990).
|
|
4.
|
4. Resiko
Tinggi terhadap Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh yang
berhubungan dengan proses penyakit, anoreksia, disfagia, odinofagia, dan
status puasa pasca operasi.
|
1. Klien
mempertahankan berat badan atau penurunan tidak lebih dari 2 kg dalam periode
pasca operasi.
2. Klien
mengkonsumsi jumlah cairan dan nutrisi adekuat untuk memenuhi kebutuhan
metabolism basal pada periode pasca operasi.
3. Masukan
nutrisi dan cairan adekuat tanpa aspirasi atau tersedak sebelum pulang.
|
Ø Jelakan peran
dan pentingnya nutrisi pada pemulihan jaringan pasca operasi.
Ø Pantau berat
badan.
Ø Evaluasi
konsistensi makanan yang dapat ditoleransi pasien tanpa aspirasi.
Ø Berikan makan
melalui selang (sesuai ketentuan atau yang telah dipesankan) dan ajarkan prinsip-prinsip
pemberian makan melalui selang.
Ø Pertahankan
hygiene oral yang baik sebelum dan setelah makan bila diberikan makanan
peroral.
Ø Bekerja sama
dengan ahli gizi untuk memastikan kebutuhan nutrisi pasien bila klien
mengalami defisit nutrisi pra operasi atau masukan nutrisi dibatasi pada
periode pasca operasi.
|
Ø Penjelasan
perlunya nutrisi pasca operasi optimal dapat membantu meminimalkan miskosepsi
dan memudahkan kepatuhan klien.
Ø Kecenderungan
berat badan dapat mengindikasikan kebutuhan suplemen diet atau perubahan
teknik pemberian makan pada klien dengan peningkatan kebutuhan nutrisi atau
mereka yang akan diouasakan selama lebih dari 1 sampai 2 hari (Taylor, 1989).
Ø Semi padat atau
makanan dihaluskan mungkin ditoleransi lebih baik, karen awal menelan dan
gerakan makanan dari konsistensi ini dikontrol lebih baik daripada cairan
(Mendelsohn, 1993).
Ø Untuk
mempertahankan berat badan, memudahkan penyembuhan luka, dan membantu
mencegah infeksi (Sigler, 1993).
Ø Untuk menjaga
suture tetap bersih dan merangsang nafsu makan.
Ø Bila klien
mendapat makan melalui selang atau mengalami kesulitan mempertahankan masukan
nutrisi adekuat, masukan dari ahli gizi mungkin diperlukan untuk menetapkan kebutuhan
nutrient dan cairan bagi klien untuk memudahkan pemulihan luka dan mencegah
dehidrasi.
|
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian Lengkap
KASUS
Tuan A umur 45 tahun sehari-hari bekerja sebagai wiraswata. Dua hari telah terpasang trakeostomy, keluhan saat ini sesak dan gelisah serta terlihat menarik diri dari interaksi sosial.
Tuan A umur 45 tahun sehari-hari bekerja sebagai wiraswata. Dua hari telah terpasang trakeostomy, keluhan saat ini sesak dan gelisah serta terlihat menarik diri dari interaksi sosial.
3.1. Pengkajian
1. Data Biografi
Identitas
Klien:
Nama : Tn. A. No
Register : 01.180.630
Umur :
45 tahun
Suku/bangsa :
Jawa
Status Perkawinan :
kawin
Agama :
Islam
Pendidikan :
SMA
Pekerjaan :
Wiraswasta
Alamat :
Timur Indah 3
Tanggal masuk RS :
2 Mei 2012
Tanggal Pengkajian :
4 Mei 2010
Catatan kedatangan :
Kursi roda ( ), Ambulan (√ ), Brankar
( )
Keluarga Terdekat yang dapat dihubungi:
Nama/Umur :
Ny. Q / 32 No
telepon : (0736)220..
Pendidikan :
SMA
Pekerjaan :
Ibu Rumah Tangga
Alamat :
Timur Indah 3
Sumber Informasi :
Pasien dan keluarga
2.
Riwayat kesehatan/Keperawatan
1. Keluhan Utama /alasan masuk RS :. Tn R (45 th)
datang ke RS dr. M. Yunus Bengkulu via
IGD pada tanggal 2 mei 2012, dengan keluhan batuk
berdahak dan sesak napas.
2.Riwayat Penyakit Sekarang
3Tuan A merasakan sesak, merasa
malu saat menemui orang lain karena tidak berbicara dengan normal.
4. Riwayat penyakit keluarga : -
5. Riwayat penyakit masa lalu : -
Pemeriksaan Fisik:
1. B1 (Breath) : kesulitan bernafas, batuk (mungkin gejala yang ada), riwayat trauma dada
2. B2 (Blood) : takikardia, frekuensi tak teratur. TD hiper/hipotensi
3. B3 (Brain) : dizziness, cemas
4. B4 (Bladder) : -
5. B5 (Bowel) : nafsu makan turun, BB turun, Pasien lemah
6. B6 (Bone): malaise
Pemeriksaan focus klien dengan trakeostomy :
1. Tanda-tanda vital
2. Bukti adanya hipoksia
3. Frekuensi dan pola pernafasan
5. Riwayat penyakit masa lalu : -
Pemeriksaan Fisik:
1. B1 (Breath) : kesulitan bernafas, batuk (mungkin gejala yang ada), riwayat trauma dada
2. B2 (Blood) : takikardia, frekuensi tak teratur. TD hiper/hipotensi
3. B3 (Brain) : dizziness, cemas
4. B4 (Bladder) : -
5. B5 (Bowel) : nafsu makan turun, BB turun, Pasien lemah
6. B6 (Bone): malaise
Pemeriksaan focus klien dengan trakeostomy :
1. Tanda-tanda vital
2. Bukti adanya hipoksia
3. Frekuensi dan pola pernafasan
4.Bunyi nafas
5. Status neurologis
6. Volume tidal, ventilasi semenit, kapasitas vital kuat
7. Kebutuhan pengisapan
8. Upaya ventilasi spontan klien
9. Status nutrisi
10. Status psikologis
5. Status neurologis
6. Volume tidal, ventilasi semenit, kapasitas vital kuat
7. Kebutuhan pengisapan
8. Upaya ventilasi spontan klien
9. Status nutrisi
10. Status psikologis
Pemeriksaan Diagnostik yang perlu dilakukan pada
klien dengan trakeostomi yaitu :
1. Pemeriksaan fungsi paru
2. Analisa gas darah arteri
3. Kapasitas vital paru
4. Kapasitas vital kuat
5. Volume tidal
6. Inspirasi negative kuat
7. Ventilasi semenit
8. Tekanan inspirasi
9. Volume ekspirasi kuat
10. Aliran-volume
11. Sinar X dada
12. Status nutrisi / elektrolit.
1. Pemeriksaan fungsi paru
2. Analisa gas darah arteri
3. Kapasitas vital paru
4. Kapasitas vital kuat
5. Volume tidal
6. Inspirasi negative kuat
7. Ventilasi semenit
8. Tekanan inspirasi
9. Volume ekspirasi kuat
10. Aliran-volume
11. Sinar X dada
12. Status nutrisi / elektrolit.
3. Pola
Fungsi kesehatan
1.
Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2.
Pola nutrisi dan
metabolisme
3.
Pola Eliminasi
4.
Pola aktivitas dan
latihan
0 ═ Mandiri 3
═ Dibantu orang lain dan peralatan
1 ═ Dengan alat bantu 4
═ ketergantungan/tidak mampu
2 ═
Dibantu orang lain
Kegiatan/aktivitas
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Makan/minum
|
√
|
||||
Mandi
|
√
|
||||
Berpakaian/berdandan
|
√
|
||||
Toileting
|
√
|
||||
Mobilisasi
di tempat tidur
|
√
|
||||
Berpindah
|
√
|
||||
Berjalan
|
√
|
||||
Menaiki
tangga
|
√
|
||||
Berbelanja
|
√
|
||||
Memasak
|
√
|
||||
Pemeliharaan
rumah
|
√
|
-
Alat
bantu (kruk,pispot, tongkat, kursi roda): Pispot
-
Kekuatan
otot :
5.
Pola istirahat dan
tidur
6.
Pola Kognitif Dan
Persepsi
7.
Persepsei Diri Dan Konsep Diri
8.
Pola Peran Hubungan
9.
Pola Seksual Dan
Reproduksi
10.
Pola koping dan toleransi stress
11.
Keyakinan dan kepercayaan
4. Pemeriksaan Fisik
ü Sistem integumen (kulit) :
ü Kepala :
ü Mata :
ü Telinga :
ü Kuku :
ü Hidung :
ü Mulut : Mukosa bibir kering dan pucat
ü Thorak /paru
-
Inspek :
RR : 32x/i, penggunaan otot bantu pernapasan (+), takipnea (+),dispnea
(+),pernapasan dangkal, dan
rektrasi dinding dada tidak ada.
-
Palpasi
: fremitus menurun pada kedua paru
-
Perkusi
: redup
-
Auskultrasi
: bunyi napas bronkial, krekels (+),stridor (+).
Ø Vaskular periper :
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
fungsi paru ; menentukan kemampuan paru untuk pertukaran gas karbondioksida dan
termasuk tetapi tidak terbatas pada hal berikut ini :
1. GDA : mengkaji status oksigenasi dan ventilasi dan keseimbangan asam basa.
2.Kapasitas vital (VC) : menurun pada keterbatasan dada atau kondisi paru, normal atau meningkat pada PPOM : normal atau menurun pada penyakit neuromuscular (Guillain-Barre), menurun pada kondisi keterbatasan gerak torax (kifoskoliosis).
3. Kapasitas vital kuat (FVC) : (diukur dengan spirometri) menurun pada kondisi restriktif
4. Volume tidal (VT) : dapat menurun pada proses restriktif atau obstruktif
5. Inspirasi negative kuat (NIF) : dapat mempengaruhi kapasitas vital untuk membantu menentukan apakah pasien dapat bernafas.
6. Ventilasi menit : mengukur volume untuk inhalasi dalam 1 menit pernafasannormal.
1. GDA : mengkaji status oksigenasi dan ventilasi dan keseimbangan asam basa.
2.Kapasitas vital (VC) : menurun pada keterbatasan dada atau kondisi paru, normal atau meningkat pada PPOM : normal atau menurun pada penyakit neuromuscular (Guillain-Barre), menurun pada kondisi keterbatasan gerak torax (kifoskoliosis).
3. Kapasitas vital kuat (FVC) : (diukur dengan spirometri) menurun pada kondisi restriktif
4. Volume tidal (VT) : dapat menurun pada proses restriktif atau obstruktif
5. Inspirasi negative kuat (NIF) : dapat mempengaruhi kapasitas vital untuk membantu menentukan apakah pasien dapat bernafas.
6. Ventilasi menit : mengukur volume untuk inhalasi dalam 1 menit pernafasannormal.
7.
Tekanan inspirasi (Pimax) : mengukur regangan otot pernafasan.
8.Volume
ekspirasi kuat (FEV) : biasanya menurun pada PPOM.
9. Sinar
x dada ; mengawasi perbaikan/kemajuan kondisi atau komplikasi.
·
3.2 Analisa Data
NO
|
ANALISA DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
1
|
DS:-
DO: RR menurun,
pola nafas tidak teratur, pucat, ketidaknormalan frekuensi, irama dan
kedalaman nafas, hipoksia, tachycardia, tekanan O2 dan CO2 menurun. Pada
lapangan paru bawah bilateral terdapat bercak-bercak nodular Trakeostomy
Akumulasi secret pada jalan jalan nafas yang menjadi daerah insisi trakeostomy Jalan nafas terganggu |
Penumpukan sekret di area trakea
|
Bersihan jalan nafas tidak efektif
|
2
|
DS :-
DO : klien terpasang trakeostomi Trakeostomy
insisi trakeostomy kondisi daerah insisi yang tidak bersih kuman, bakteri berkembang |
Kondisi insisi yang tidak steril
|
Resiko infeksi
|
3
|
DS : Klien tidak bisa mengeluarkan suaranya saat
mencoba bicara
DO: suara klien tidak terdengar. Hanya terdengar suara hembusan. Klien berkomunikasi dengan isyarat Trakeostomy
Daerah insisi trakeostomy
Membuka saluran baru yang dilalui udara sebelum pita suara Suara yang dihasilkan tidak bisa sampai menggetarkan pita suara Suara tidak kelua |
Adanya lesi pada tenggorokan
|
Gangguan komunikasi verbal
|
4
|
DS : -
DO: klien menjadi sangat murung, pendiam dan terlihat membatasi diri Trakeostomy
Gangguan komunikasi dengan orang lain
Merasa berbeda dengan orang lain Rendah diri |
Pemasangan
trakeatomi
|
Gangguan citra tubuh
|
ncp
Ncp
3.4 implementasi dan evaluasi SOAP
No |
Hari/tgl |
Dx kep |
Implementasi |
Evaluasi |
1. |
jumat,6 mei 2012 |
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan terdapatnya benda asing dalam saluran pernapasan yang menyebabkan
sumbatan
|
Pukul 07:30 wib
Mandiri:
· mengkaji
dan document asikan keefektifan pemberian oksigen, pengobatan yang diresepkan
dan kaji kecenderungan pada gas darah arteri.Tujuan: Perawat
mendokumentasikan kefektifan pemberian oksigen, gas darah arteri normal
1..
Mengauskultasi paru setiap 4 jam
2. Menganjurkan klien untuk tarik nafas dalam dan batuk 3. Melakukan fisioterapi nafas jika tidak ada kontraindikasi 4. Membersihkan trakheostomy tube klien sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan jumlah akumulasi secret 5. Melakukan suctioning bila perlu 6. Melakukan nebulizing |
Pukul 10. 00 wib
S =
§
Klien
mengatakan batuk berdahak berkurang dan tidak lagi sesak napas
§
Klien
mengatakan tidak nyeri lagi pada
daerah tenggorokan
O :
§ klien tampak bergairah,
§ klien tampak tidak kesulitan bernapas
§ klien tampak tidak gelisah lagi
§
Takipnea
tidak ada
§
pernapasan
normal
§ Klien tampak
tidak lagi menahan rasa sakit /nyeri pada tenggorokan.
§ Klien tidak
kesulitan bernapas.
§ Tidak ada pucat
A=
§ Masalah
teratasi
§ Batuk berdahak
berkurang, napas normal, nyeri di tenggorokan tidak ada lagi.ronchi dan
wheezing tidak terdengar
P=
Intervensi di
hentikan.
|
2 |
sabtu, 7 mei 2012 |
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan
pemasangan trakeatomi
|
Pukul 11:30 wib
Mandiri:
§
1. Beri kesempatan klien untuk berkomunikasi
2. Amati gerak non verbal klien 3. Sediakan kertas dan bolpoin jika pasien lemah tidak mampu berbicara banyak 4. Ajarkan pada pasien yang terpasang trakheostomi tentang cara menutup lubang trakheostomi dengan jari yang bersih atau |
Pukul 15:30 wib
S:
§
klien
mengatakan tidak ada rasa nyeri pada tenggorokan
§
klien
mengatakan tidak kesulitan berbicara lagi
O:
§
tidak
ada infeksi pada trakea
§
tidak
ada edema pada laring
§
tidak
ada pembesaran jaringan pada daerah laring
A=
§ Masalah
teratasi
§ Interaksi
social klien berkembang
P=Intervensi di hentikanchi |
3 |
minggu, 8 mei 2012 |
Resiko
infeksi berhubungan dengan pembuatan saluran nafas baru dari mekanisme
pertahanan respirasi.
|
Pukul 09. 00
wib
Mandiri
·
1. Cuci tangan sebelum melakukan
prosedur
·
Dengan tangan yang bersih saat melakukan
prosedur, memperkecil kemungkinan terjadinya infeksi
2. Monitor dan laporkan adanya tanda-tanda infeksi, misalnya demam, penurunan RR (Respiratory Rate), dahak kental, peningkatan jumlah sel darah merah
·
2. Mengidentifikasi adanya
infeksi dan memperkecil komplikasi
3. Jaga pemaparan trakheostomy terhadap benda asing
·
Pemaparan terlalu sering pada
trakheostomy mengakibatkan pneumonia
4. Gunakan teknik steril dalam melakukan perawatan trakheostomi dan suctioning
·
Agar mikroorganisme tidak dapat
masuk ke jalan nafas
5. Anjurkan untuk diet tinggi kalori tinggi protein
·
Untuk meningkatkan sistem imun
|
Pukul 13. 00 wib
S: pasien mengatakan
tidak lemah lagi
§
rasa nyaman dalam bernafas
O:
§
tidak
ada infeksi pada trakea
§
Pasien
tampak segar
§
Tidak
ada Pembekakan pada laring
A:
§ Masalah
teratasi tidak ada tanda-tanda infeksi
P=
intervensi di
hentikan.
|
No |
Hari/tgl |
Dx kep |
Implementasi |
Evaluasi |
4. |
Senin 9 mei 2012 |
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan terpasangnya trakheostomy tube |
Mandiri
1. Kaji perasaan klien terhadap trakheostomi yang
terpasang pada dirinya. Pengkajian adalah hal dasar sebelum menentukan
perawatan
2. Dekati pasien dengan komunikasi teraupetik. Untuk meningkatkan sikap kooperatif klien 3. Minta pasien untuk mengungkapkan perasaannya saat dipasang trakheostom. Untuk mengetahui masalah yang dialami klien agar mudah menemukan solusi 4. Bantu pasien patofisiologi trakea tomi.Dapat meningkatkan harga diri pasien |
Pukul 10. 30 wib
S =
§
Klien
mengatakan kepercayaan diri nya kembali
O :
§ klien tampak bergairah,
§ klien tampak sikap kooperatif meningkat
§ klien tampak tidak gelisah lagi
§
pernapasan
normal
§ Tidak ada pucat
A=
§ Masalah
teratasi
§ Klien tidak ada
lagi merasa harga dirinya rendah
P=
Intervensi di
hentikan.
|
BAB IV
PENUTUP
- Kesimpulan
Trakeostomi adalah
tindakan operasi membuat jalan udara melalui leher dengan membuat stoma atau
lubang di dinding depan/ anterior trakea cincin kartilago trakea ketiga dan
keempat, dilanjutkan dengan membuat stoma, diikuti pemasangan kanul. Bertujuan mempertahankan jalan nafas agar udara
dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas saat pasien mengalami
ventilasi yang tidak adekuat dan gangguan
lalulintas udara pernapasan karena obstruksi jalan nafas bagian atas.
Menurut lama penggunaannya,
trakeosomi dibagi menjadi penggunaan permanen dan penggunaan sementara,
sedangkan menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan letak yang tinggi dan
letak yang rendah dan batas letak ini adalah cincin trakea ke tiga. Jika dibagi
menurut waktu dilakukannya tindakan, maka trakeostomi dibagi kepada trakeostomi
darurat dengan persiapan sarana sangat kurang dan trakeostomi elektif
(persiapan sarana cukup) yang dapat dilakukan secara baik (Soetjipto,
Mangunkusomu, 2001).
- Saran
Mahasiswa yang mempelajari makalah
ini memahami trakeostomi secara keseluruhan dan mampu melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien trakeostomi dengan cermat. Apabila ada kesalahan mohon
disampaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Nurseslab, (2011).Tracheostomy nursing care &
management.nurseslabs. diakses 27 september 2011 pukul 19.42, dari web site
http://nurseslabs.com/nursing-procedures/tracheostomy-nursing-care-management/
Lindman, MD; Chief Editor:
Arlen D Meyers, MD, MBA, (2011). Tracheostomy. Medscape reference. Diakses 28 september
2011 pukul 06.16, dari web site http://emedicine.medscape.com/article/865068-overview
Aaron, (1996). Tracheostomy care. Diakses 28 september 2011 pukul
06.30, dari web site http://www.tracheostomy.com/care/care.htm
Bryant, LR., Trinkle, J., Dublier L.(1971) Reappraisal of
tracheal injury from cuffed tracheostomy tubes. Journal of the American Medical
Association 215:4
Gibson, I. (1983) Tracheostomy management. Nursing 2(18),
pp538-540
Griggs, A. (1998) Tracheostomy: Suctioning and
humidification. Nursing Standard Continuing Education Reader pp18-23
Hooper, M. (1996) Nursing care of the patient with a
tracheostomy. Nursing Standard 15(10), pp 40-43
Claudia Russell.,&Basil
Matta. (2004).
Tracheostomy, A Multiprofesional Handbook. London San Fransisco:GMM.
Davis,
FA. Understanding The Respiratory System. 2007.
Doenges, Marylin E. dkk. (2000). Rencana
Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3 EGC. Jakarta
Reeves, Charlene J. Dkk. 2001. Keperawatan
Medikal Bedah. Salemba Medika. JakartA
Trakeostomi. Avilable from
http.www.detikhealth.com. accesed at April 5, 2010.
bagus makalahnya...
BalasHapushehe mkash ya deni .. maaf baru dibalas pesan nya.:D
BalasHapus