Selasa, 05 Juni 2012

sindrom nefrotik

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sindrom nefrotik adalah kumpulan gejala klinis yang timbul dari kehilangan protein karena kerusakan glomerulus yang difus.
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal.
Penyebab penyakit sindroma nefrotik ini sampai sekarang belum diketahui, namun akhir-akhir ini sindroma nefrotik dianggap sebagai penyakit autoimun. Jadi merupakan reaksi antigen antibodi, yang pada umumnya para ahli mengelompokkan etiologinya sesuai dengan jenis sindroma nefrotik yaitu sindroma nefrotik karena bawaan, sindroma nefrotik sekunder, da sindroma nefrotik kongenital,
Adapun tanda sindroma nefrotik yaitu terdapat oedema umum terutama pada muka dan daerah periorbital, tanda umumnya yaitu anak anoreksia, mual dan muntah, adanya diare, anemia, hiperlipidemia yang dpat berkomplikasi pada perkemiahan yaitu lipid uria.
B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan sindroma nefrotik secara komprehensif.
2.      Tujuan Khusus
a.       Mengetahui definisi dari sindroma nefrotik.
b.      Mengetahui etiologi dari sindroma nefrotik
c.       Mengetahui tanda dan gejala dari sindroma nefrotik.
d.      Mengetahui patofisiologi dan pathway sindroma nefrotik.
e.       Mengetahui komplikasi dari sindroma nefrotik.
f.       Mengetahui penatalaksanaan pada anak dengan sindrima nefrotik
BAB II
TINJAUAN TEORI


A.    DEFINISI
Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma yang menimbulkan proteinuria hipoalbumin, hiper lipida dan edema. ( Betz : 2002 ; 233 ).
 Sindrom nefrotik adalah gangguan disfungsional ginjal tanpa disertai peradangan biasa terjadi pada usia anak 2-4 tahun.( Tucker : 2001 ; 975 ).
Adanya injuri pada glomerular biasanya diikuti adanya :
·         Proteinuria
·         Hypoalbuminemia
·         Hyperlipemia
·         Edema
·         Peningkatan permiabilitas glomerular terhadap protein plasma àkehilangan.
·         Proteinuria >>

B.     ETIOLOGI

Menurut suriadi ( 2001 : 218-219 ) syndrome nefrotik disebabkan oleh :
v Timbul setelah kerusakan glomerulus akibat ( systemic lupus erythematous, diabetes mellitus, skle cell  disease )
v Respon alergi, glomerulusnepritis, yang berkaitan dengan respon imun      ( abnormal imunoglobilin )
v Sindrom nefrotik bawaan
Resistem terhadap semua pengobatan .
Gejala; Edema pada masa neonatus. Pengjangkokan ginjal dalam masa neonates
telah dicoba tapi tidak berhasil .
prognosis infaust dalam bulan-bulan pertama.
v Sindrom nefrotik sekunder
Yang disebabkan oleh ;
a.       Malaria kuartana atau parasit lain
b.      Penyakit kolagen seperti ; disseminated lupus erythhematosus;.anaphylactoid purpura.
c.       Glomerunefritis akut atau glomerulonefritis kronik dan trombosis vena renalis.
d.      Bahan kimia : Trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, senagatan lebah, poison oak, air raksa.
e.       Amiloidosis, sick sell disease, hiperprolonemia
v Sindrom nefrotik idiopatik ( tidak diketahui sebabnya )
Gambaran klinik : Edema merupakan klinik yang menonjol, kadang-kadang 40% dari berat badan. Pada keadaan anasarka terdapat asites, hidrothoraks, edema scrotum. Penderita sangat rentang terhadap infeksi skunder. Selama beberapa minggu terdapat haem aturia, asotemia dan hipertensi ringan.

C.    PATOFISIOLOGI

Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerulus akan berakibat pada hilangnya protein plasma dan akan terjadi proteinuria, kelanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbumin. Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotic plasma menurun sehingga cairan intravaskular berpindah kedalam interstitial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravaskular berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hipovolemia. Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresi ADH serta aldosteron sehingga terjadi retensi natrium, air dan menjadi udem. Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan stimulasi produksi lipoprotein dan lemak akan banyak dalam urine. Menurunnya respon imun kaena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh hipoalbumin, hiperlipidemia, dan defisiensi zat Zn ( Suriadi : 2001 ; 217 ).

D.    PATHWAY

IMAGE0016
IMAGE0015

E.     MANIFESTASI KLINIS

Menurut Suriadi ( 2001 : 219 ) tanda dan gejala dari syndrome nefrotik adalah edema periorbital dan tergantung pada ‘ pitting’ edema pada muka, berlanjut ke abdomen serta genital dan extremitas, anureksia, fatigue, nyeri abdomen, berat badan meningkat.
·         Berat badan meningkat
·         Pembengkakan pada wajah, terutama disekitar mata
·         Edema anasarka
·         Pembengkakan pada labia / skotum
·         Asites
·         Diare, nafsu makan menurun, absorbsi usus menurun à edema pada mukosa usus
·         Volume urine menurun, kadang – kadang berwarna pekat dan berbusa
·         Kulit pucat
·         Anak menjadi iritabel, mudah lelah / letargi
·         Celulitis, pneumonia, peritonitis atau adanya sepsis
·         Azotemia
·         TD biasanya normal / naik sedikit

F.     PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang dari syndrome nefrotik meliputi tanda klinis pada anak, riwayat infeksi saluran nafas atas, analisa urine yaitu meningkatnya protein dalam urine, menurunnya serum protein dan biopsy ginjal ( Suriadi : 2001 ; 219 ). Menurut Tucker ( 2001 : 975 ) pengkajian pada sindrom nefrotik meliputi edema, oliguria, urine gelap dan berbusa, berat badan bertambah, wajah bengkak, anureksia, lesu, peka terhadap rangsang, asites, diare, muntah, pucat atau dengan tanpa anemia, penurunan kemampuan aktivitas.

G.    PENATALAKSAAN

v Medis
Menurut Ngastiyah ( 1997 ; 306-307 ) penatalaksanaan medis meliputi istirahat sampai edema tinggal sedikit, diet tinggi
protein sebanyak 2-3 gr/Kg/BB dengan garam minimal bila edema masih sedikit, mencegah infeksi, diuretic, kortikosteroid, antibiotik bila ada tanda-tanda infeksi.
v Keperawatan
Menurut Ngastiyah ( 1997 : 307 ) pasien dengan syndrome nefrotik perlu dirawat di rumah sakit karena memerlukan pengawasan dan pengobatana khusus. Masalah pasien yang perlu diperhatikan adalah edema yang berat, diet, resiko terjadi komplikasi, pengawasan mengenai pengobatan/ganguan rasa nyaman adan aman, serta kurang pengetahuan mengenai penyakit/umum.

H.    FOKUS PENGKAJIAN

Menurut Suriadi ( 2001 : 209 ) pengkajian meliputi riwayat perawatan edema , tanda- tanda vital, deteksi dini hipovolemia, status hidrasi, monitor hasil laboratorium dan pantau urine setiap hari ( adanya proteinuria ), dan pengetahuan keluarga.
Menurut Tucker ( 2001 : 975 ) pengkajian pada syndrome nefrotik meliputi proteinuria terutama albumin, serpihan sel darah merah, peningkatan berat jenis urine, tes klierens kreatinin normal serta darah yaitu hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan natrium.
I.       MANAGEMENT TERAPEUTIK
1.      Mengurangi eksresi protein dalam urine dan mempertahankan urine terbatas dari protein
2.      Mencegah infeksi akut
3.      Mengontrol edem
4.      Meningkatkan nutrisi
5.      Mengembalikan penyesuaian dari gangguan proses metabolik
J.      TINDAKAN UMUM
1.      Prisipnya supportive
2.      Anak dipertahankan dalam keadaan bed rest namun aktivitasnya tidak dibatasi pada fase remesi
3.      Infeksi akut à dengan pemberian antibiotik yang sesuai
4.      Memberikan diet yang sesuai  à membatasi garam
5.      Intake tinggi proteindikurangi à gagal ginjal & azotemia
6.      Terapi kortikosteroid :
·         Dimulai dini pada saat anak didiognosis NS
·         Pemberian secara oral dalam dosis 2 mg/kg BB à = 10 hari – 2 mgg sampai urine bebas dari protein
·         Perhatikan Es yang terjadi seperti Growth Retardation, katarak, obesitas, hypertensi, perdarahan GI, infeksi
7.      Terapi imunosupresant
·         Memungkinkan mengurangi relaps dan memberikan tahap remisi dalam jangka waktu yang lama
·         Misalnya pemberian cyclophos phamide yang digabung dengan prednison à 2-3 bl
8.      Pemberian diuretic
·         Furosemid yang dikombinasi dengan metolazone
·         Plasma expander seperti “ salt poor human albumin “
K.    PROGNOSIS  :
1.      Tergantung pada respon anak pada terapi steroid
2.      Kerusakkan dapat diminimalkan bila deteksi dini dan tindakan yang cepat dan terapi untuk menghilangkan proteinuria
3.      80 % anak mempunyai pronosis yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2003. Medical Surgical Nursing (Perawatan Medikal Bedah), alih bahasa: Monica Ester. Jakarta : EGC.

Carpenito, L. J.1999. Hand Book of Nursing (Buku Saku Diagnosa Keperawatan), alih bahasa: Monica Ester. Jakarta: EGC.

Doengoes, Marilyinn E, Mary Frances Moorhouse. 2000. Nursing Care Plan:
Guidelines for Planning and Documenting Patient Care (Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), alih bahasa: I Made Kariasa. Jakarta: EGC.

Donna L, Wong. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Anak, alih bahasa: Monica Ester. Jakarta: EGC.

Husein A Latas. 2002. Buku Ajar Nefrologi. Jakarta: EGC.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

OBSTRUKSI SALURAN NAPAS


MAKALAH SISTEM RESPIRASI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
OBSTRUKSI SALURAN NAPAS
DISUSUN OLEH KELOMPOK 5
Ø Martini Aprilia        (1026010016) ( pacar saya ) hehehe promosi
Ø Noviyanti                       (1026010051)
Ø Nita wulandari              (1026010022)
Ø Okta Dwi P.                  (1026010004)
Ø Okky A.                         (10260100    )
Ø Neksiy                            (1026010045)
Ø Pesi Nomelisa                (1026010039)
Ø Yaumul Hafish             (1026010048)

DOSEN PEMBIMBING:
Ns.Agus Supriyadi,S.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2012



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Asuhan keperawatan pada klien denga Obstruksi Saluran Napas.

Dalam penulisan makalah ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan dukungan serta bantuan, terkhusus dari dosen pembimbing yaitu bapak Ns.Agus Supriyadi,S.Kep. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang tiada hingganya.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca dan dapat menunjang kita lebih kreatif dalam sistem belajar mengajar. Dan penulis pun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis berharap khususnya kepada pendidik dan umumnya kepada pembaca untuk memberi saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.


Bengkulu,     Mei 2012


Penulis








DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..................................................................................            i
DAFTAR ISI.................................................................................................             ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang................................................................................             1
1.2.   Tujuan.............................................................................................             2
1.3.   Manfaat...........................................................................................             2

BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1. Konsep Dasar Teori
2.1.1. Definisi...................................................................................................             3
2.1.2. Etiologi...................................................................................................             3
2.1.3. Klasifikasi dan Stadium Penyakit...............................................             4
2.1.4. Patofisiologi................................................................................             6
2.1.5. WOC (Web Of Causa)...............................................................             8
2.1.6. Manifestasi Klinis.......................................................................             9
2.1.7. Pemeriksaan Penunjang..............................................................             10
2.1.8. Penatalaksanaan..........................................................................             11
2.1.9. Komplikasi..................................................................................             16
2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1. Pengkajian Teoritis Lengkap......................................................             17       
2.2.2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul........................             20
2.2.3. NCP (Nursing Care Planning)....................................................             21

BAB III TINJAUAN KASUS (Kasus Fiktif)
3.1... Pengkajian Lengkap.....................................................................             28
3.2.   Diagnosa Keperawatan Yang  Muncul........................................             31
3.3. NCP (Nursing Care Planning).......................................................             32
3.4. Implementasi Dan Evaluasi SOAP................................................             37

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.....................................................................................             44
4.2 Saran...............................................................................................             44
 DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang
Seiring dengan pembangunan Nasional Indonesia yang berpedoman pada Garis Besar Haluan Negara yang bertujuan mewujudkan suatu kehidupan bermasyarakat yang makmur, adil dan merata yang berdasarkan pancasila, dimana pada hakikatnya yaitu pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.
Dalam kaitan ini, pembangunan itu tidak hanya memperbaiki kemajuan lahiriah saja tetapi juga memperbaiki kemajuan batiniah. Adapun yang memperbaiki kemajuan lahiriah seperti sandang pangan, perumahan dan sebagainya, sedangkan hal yang memperbaiki kemajuan batiniah seperti adanya rasa kesehatan, kepuasan, kependidikan dan rasa keadilan.
Maka dari itu, untuk menunjang masalah kesehatan bagi masyarakat, pemerintah  mengeluarkan keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia No: 938/Menkes/x/1992, yang berisikan tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit.
Sehubungan dengan pentingnya kesehatan bagi setiap makhluk hidup, baik manusia, hewan maupun tumbuhan, maka yang sangat berperan dalam meningkatkan kesehatan bagi masyarakat yaitu masyarakat itu sendiri dan instansi-instansi kesehatan yang ada. Untuk menunjang dalam meningkatkan kuialitas kesehatan, maka rumah sakit (tenaga kesehatan) dituntut untuk melaksakan upaya kesehatan yang bermutu terutama dalam proses pemberian Asuhan Keperawatan yang profesional terhadap pasien dengan berbagai penyakit yang bertujuan untuk kesehatan terhadap pasien.
Dengan demikian, kita dapat melihat dan merasakan bahwa akan pentingnya kesehatan itu dan sehat itu merupakan suatu keadaan yang paling baik dan paling mendukung dalam aktivitas apapun.
Untuk mewujudkan suatu pelayanan serta tindakan dalam pemberian asuhan keperawatan yang profesional, mutu pendidikan dan pengetahuan perlu juga ditingkatkan agar tujuan yang diinginkan dapat terlaksanakan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Dari uraian di atas maka penulis mencoba mengangkat masalah tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Obstruksi saluran Napas”.
Obstruksi saluran  napas bagian atas dapat terjadi oleh beberapa  sebab. Obstruksi jalan napas akut biasanya disebabkan oleh partikel makanan, muntahan, bekuan darah, atau partikel lain yang masuk dan mengobstruksi laring atau trakea. Obstruksi saluran napas juga dapat terjadi akibat dari adanya sekresi kental atau pembesaran jaringan pada dinding jalan napas, seperti: epiglotitis, edema laring, karsinoma laring, atau peritonsilar abses.
Pasien yang karena beberapa sebab mengalami penurunan kesadaran , sangat beresiko mengalami obstruksi jalan napas. Hal tersebut disebabkan karena hilangnya reflek proteksi tubuh (batuk dan menelan) dan hilangnya tonus otot faringeal yang menyebabkan lidah jatuh kebelakang sehingga menghambat jalan napas.
Benda asing yang teraspirasi dan tersangkut di laring dapat menyebabkan sumbatan total atau persial pada saluran pernapasan. Jenis hambatan ini tergantung dari ukuran, bentuk dan posisi benda asing pada rimaglotis. Kadang-kadang sentuhan benda asing pada pita suara menyebabkan spasme laring, sehingga benda asing tersebut terjepit diantara pita suara.
Berdasarkan latar belakang diatas kelompok tertarik untuk membahas tentang asuhan keperawatan pada klien dengan obstruksi jalan napas.

1.2.  Tujuan
1.2.1.   Tujuan Umum
Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Obstruksi Saluran Napas.
1.2.2.   Tujuan Khusus
1.     Mengetahui konsep dasar teoritis penyakit Obstruksi Saluran Napas.
2.     Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan Obstruksi Saluran Napas, yang meliputi pengkajian, diagnosa keprawatan, dan intervensi.
3.     Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Obstruksi Saluran Napas, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

1.3.  Manfaat
1.      Makalah ini di harapkan dapat bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi pembaca pada umumnya dan Mahasiswa STIKES TMS Bengkulu.
2.      Makalah ini di harapkan dapat menjadi panduan oleh mahasiswa dalam proses belajar.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Konsep Dasar Teori
2.1.1. Definisi
Obstruksi saluran napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan pada saluran pernapasan bagian atas. (Irman Sumantri, Salemba Medika)
Obstruksi saluran napas atas adalah kegagalan sistem pernapasan dalam memenuhi kebutuhan metabolik tubuh akibat sumbatan saluran napas bagian atas (dari hidung sampai percabangan trakea).(www.klikdokter.com)
Obstruksi saluran napas atas adalah adanya sumbatan pada struktur saluran napas atas, sehingga ruang untuk mengalirnya udara inspirasi mengecil yang menyebabkan penderita mengalami gangguan pernapasan.
Obstruksi jalan napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan pada saluran pernapasan bagian atas.

2.1.2. Etiologi
A. Obstruksi Nasal
1. Tumor hidung
·      Idiopatik (belum diketahui)
2. Karsinoma Nasofaring
·  Virus Epstein Barr
·   Faktor rass
·  Letak geografis
·  Jenis kelamin : laki-laki > wanita
·  Faktor lingkungan (iritasi bahan kimia, kebiasaan memasak dengan bahan/bumbu masakan tertentu, asap sejenis kayu tertentu).
·  Faktor genetik
3. Polip hidung
·  Akibat reaksi hipersensitif / reaksi alergi pada mukosa hidung
B. Obstruksi Laring
·  Radang akut dan kronis
·  Benda asing
·  Trauma akibat kecelakaan, perkelahian, bunuh diri, senjata tajam dan tindakan medik dengan gerakan tangan yang kasar.
·  Tumor ganas atau jinak
·  Kelumpuhan Nervus laringeus rekuren bilateral
 Abses Peritonsil (Quinsy)
·  Disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridans dan treptsococcus pyogenes.
·  Kuman aerob dan anaerob(Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
2.1.3. Klasifikasi
Klasifikasi Obstruksi Saluran Napas atas,Terdiri dari:
A.  Obstruksi Nasal
Perjalanan udara melalui nostril sering kali tersumbat oleh deviasi septum nasi, hipertrofi tulang turbinat, atau tekanan polip, yaitu pembengkakan seperti buah jeruk yang timbul dari membran mukosa sinus, terutama etmoid. Obstruksi ini juga dapat mengarah pada kondisi infeksi kronis hidung dan mengakibatkan episode nasofaringitis yang sering. Seringkali, infeksi meluas sampai sinus-sinus hidung (rongga yang dilapisi lendir yang dipenuhi oleh udara yang normalnya mengalir ke dalam hidung). Bila terjadi sinusitis dan drainase dari rongga ini terhambat oleh deformitas atau pembengkakan di dalam hidun, maka nyeri akan dialami pada region sinus yang sakit. (Brunner & Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah, 2001:554)
Obstruksi nasal merupakan tersumbatnya perjalanan udara melalui nostril oleh deviasi septum nasi, hipertrofi tulang torbinat / tekanan polip yang dapat mengakibatkan episode nasofaringitis infeksi. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
Obstruksi pada nasal meliputi:
1.    Tumor hidung
Yaitu pertumbuhan sel yang abnormal sebagai akibat radang pada hidung. (Ramis Ahmad, 2000)
Ada 2 jenis tumor, yaitu:
·  Tumor jinak, biasanya terjadi di kavum nasi dan sinus paranasal.
·  Tumor ganas, sering ditemukan di papiloma.

2.      Karsinoma Nasofaring
Merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi difosa rosenmuller dan atap nasofaring dan merupakan tumor di daerah leher. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
3. Polip Hidung
Merupakan masa lunak, berwarna puth, keabu-abuan yang terdapat di dalam ringga hidung, paling sering berasal dari sinus etmoid, multipel dan bilateral. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999)

B. Obstruksi Laring
Adalah adanya penyumbatan pada ruang sempit pita suara yang berupa pembengkakan membran mukosa laring, dapat menutup jalan dengan rapat mengarah pada astiksia. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
Penyakit obstruksi laring, yaitu :
·      Sumbatan Total Laring
Sumbatan total laring dapat terjadi karena benda asing yang teraspirasi tersangkut dilaring dan menutup seluruh rimaglotis. (Irman Somantri,2008:138)
·      Abses peritonsil (Quinsy)
Yaitu kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsial. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999)


STADIUM PENYAKIT
Sumbatan Partial Laring
Benda asing yang terdapat dilaring akan menyebabkan keluhan sumbatan saluran pernapasan berupa batuk tiba-tiba, suara sesak dan sesak napas. Jika sumbatan ini berlangsung terus maka akan timbul gejala tambahan yaitu stridor. Pada pemeriksaan fisik didapat gejala sumbatan laring yang dibagi dalam empat stadium.  (Jackson)
·      Stadium I    : Cekungan sedikit pada inspirasi didaerah suprastenal, kadang-kadang belum ada stridor.
·      Stadium II  : Cekungan di suprastenal dan epigastrium, stridor mulai terdengar.
·      Stadium III : Cekungan terdapat di suprasternal, epigastrium, interkostal dan
·      supraklavikula. Stridor jelas terdengar dan pasien tampak gelisah.
·      Stadium IV : Cekungan bertambah dalam, sianosis, pasien yang mula-mula gelisah, mulai tampak bertambah lemah dan akhirnya diam dengan kesadaran menurun. (Irman Somantri,2008:140)

2.1.4. Patofisiologi
A. Obstruksi Nasal
1. Tumor hidung
Tumor hidung dapat diketahui bersama-sama dengan polip nasi dan cenderung kambuh. Mempunyai kecenderungan untuk timbul bersama tumor hidung sel skuamosa maligna, lebih sering timbul di dinding lateral hidung dan dapat pula menyebabkan obstruksi saluran pernapasan hidung, perdarahan intermiten atau keduanya. (Ramis Ahmad, 2000)
2. Karsinoma Nasofaring
Agen penyebab masuk ke saluran napas atas dan mengiritasi epitoliuma yang terdapat pada dinding mukosa nasofaring sampai berulserasi dan terinfeksi, menyebabkan pertumbuhan jaringan baru yang dapat bersifat ganas yang dapat menyebabkan obstruksi saluran pernapasan bagian atas. Menyebabkan pertukaran O2 di dalam tubuh terhambat, sehingga pemenuhan kebutuhan O2 tidak adekuat. Selain itu, karsinoma nasofaring bisa bermetastase ke jaringan / organ tubuh lain.
3. Polip Hidung
Akibat reaksi alergi pada mukosa hidung, menyebabkan mukosa hidung membengkak dan terisi banyak cairan interseluler, sehingga sel menjadi radang kemudian terdorong ke dalam rongga hidung oleh gaya berat dan akan menekan jaringan saraf, pembuluh darah dan kelenjar pada hidung. Sehingga terbentuklah masa yang mengandung jaringan saraf pembuluh darah yang rusak, yang dapat menimbulkan sumbatan hidung yang menetap dan rinorea serta terjadinya hiposmig / anemia, sehingga mengakibatkan klien terlihat bersin-bersin dan terjadinya iritasi di hidung.

B. Obstruksi Laring
Laring merupakan kotak kaku dan mengandung ruangan sempit antara pita suara (glotis), dimana udara harus melewati ruang ini. Adanya pembengkakan membran mukosa larings dapat menutupi jalan ini yang menjadi penyebab kematian.
 Abses Peritonial (Quinsy)
Proses infeksi yang disebabkan oleh kuman penyebab tonsilitis di dalam ruang peritonsil akan mengalami supurasi (proses terbentuknya nanah karena bakteri piogen, lalu menembus kapsul tonsil dan menjalar serta menginfeksi di sekitar gigi, ke spatium parafaringium dan pembuluh darah yang dapat menyebabkan sepsis).











2.1.6. Manifestasi Klinik
A. Obstruksi Nasal
1. Tumor Hidung
Secara makroskopi mirip dengan polip hidung, hanya lebih keras, padat dan tidak mengkilat. Ada dua jenis, yaitu aksolitik dan andolitik (papiloma inversi) yang terakhir bersifat sangat invasif, dapat merusak tulang dan jaringan lunak sekitarnya diduga dapat berubah menjadi ganas.
2. Karsinoma Nasofaring
Gejalanya dibagi dalam 4 kelompok, yaitu:
·      Gejala nasofaring sendiri, berupa epistaksis ringan, pilek / sumbatan hidung.
·       Gejala telinga, berupa tinitus, rasa tidak nyaman sampai nyeri di telinga.
·      Gejala saraf, berupa gangguan saraf otak seperti diplopia, parestesia di daerah pipi, neurolgia trigeminal, parasis / paralisis arkus faring, kelumpuhan otot bahu dan sering tersedak.
·       Gejala / metastatis di leher, berupa benjolan di leher.

3. Polip Hidung
·      Sumbatan hidung yang menetap dan rinorea.
·       Dapat terjadi hiposmig / anosmia
·       Bersin
·       Iritasi di hidung
·       Pembengakakan mukosa dari mukosa hidung di luar sinus.
·       Masa berupa berwarna putih seperti agar-agar.
·       Bila ditusuk tidak memberikan rasa sakit dan tidak berdarah.
B. Obstruksi Laring
·       Hipersalivasi
·       Suara sengau
·       Kadang-kadang sulit membuka mulut
·       Pembengkakan
·       Nyeri tekan pada kelenjar submandibular
·       Palatum mole pembengkakan
·       Teraba fruktuasi
·       Tonsil bengkak

Abses Peritonsil (Quinsy)
·       Demam tinggi
·       Leukositosis
·       Nyeri tenggorokan
·       Otalgia
·       Nyeri menelan
·       Muntah
·       Mulut berbau
·       Hiperemis

2.1.7.      Pemeriksaan Penunjang
A. Obstruksi Nasal
1. Tumor hidung dan karsinoma
·      Naso endoskopi : untuk menemukan tumor dini
·      CT Scan : perluasan tumor dan destruksi tulang
·      MRI : membedakan jaringan tumor dari jaringan normal
·      Pemeriksaan Radiologik Konvensional : tampak masa jaringan lunak di daerah nasofaring.
·      Tomografi komputer : terlihat adanya simetri dari resesus lateratif, tonus tubarius dan dinding posterior nasofaring.
·      Pemeriksaan darah tepi, fungsi hati, ginjal, dll : untuk memastikan adanya tumor, mendeteksi kekambuhan / untuk mendeteksi secara dini tumor.
2. Polip Hidung
·      Rinoskopi anterior → terlihat adanya polip
·      Endoskopi → terlihat polip yang masih sangat kecil dan belum keluar kom. dapat terlihat.
·      Rontgen polos (CT Scan) → mendeteksi adanya simetrif
·      Biopsi → penampakan makroskopis menyerupai keganasan / bila pada foto rontgen ada gambaran erosi tulang.

3. Abses Peritonsil
Kadang-kadang sukar memeriksa seluruh jaringan, karena trismus-palatum mole tampak membengkak dan menonjol ke depan, dapat teraba fluktuasi, uvula bengkak dan terdorong ke sisi kontra lateral. Tonsil bengkak, hiperemis, mungkin banyak / detritus dan terdorong ke arah tengah, depan dan bawah.


2.1.8.      Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan Medis
1. Obstrusi Nasal
Pengobatan obstruksi hidung membutuhkan pengangkatan obstruksi, diikuti dengan tindakan untuk mengatasi apakah terdapat infeksi kronis. Pada banyak pasien alergi yang mendasari memerlukan pengobatan. Pada waktunya diperlukan tindakan operasi untuk mengalirkan sinus nasal. Prosedur spesifik dilakukan tergantung pada jenis obstruksi hidung yang ditemukan. Biasanya, operasi dilakukan dibawah anestesi lokal.
Jika deviasi septum menjadi penyebab obstruksi, maka dokter bedah akan membuat insisi kedalam membrane mukosa dan setelah mengangkat membrane mukosa tersebut dari tulang, mengangkat tulang dan kartilago yang menyimpang dengan forsep tulang. Mukosa kemudian dibiarkan untuk jatuh ke tempatnya dan ditahan dengan sumbat yang kuat. Umumnya sumbat dibasahi dalam petrolatum cair sehingga sumbat tersebut dapat dengan mudah dilepaskan dalam 24 sampai 36 jam. Operasi ini disebut reseksi submukosa atau septoplasti. (Brunner & Sudarth,2001:555) 
1. Tumor hidung
·      Pembedahan luas, bila ada yang tertinggi dapat residif.
·      Radiasi dapat mengecilkan tumor, tapi tidak dianjurkan karena bisa dapat menjadikan ganas.
2. Karsinoma Nasofaring
·      Radio terapi
·      Dilakukan diseksi leher
·      Pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi vaksin dan anti virus.
·      Kemoterapi dengan kombinasi sis-platinum.
3. Polip hidung
·      Tindakan konservatif dengan kortikosteroid sistemik atau oral, misal Prednison 50 mg/hari
·      Secara lokal disuntikan ke dalam polip, misal Triamsinolon asetonis / prednisolon 0,5 mg tiap 5-7 hari.
·      Secara topikal sebagai semprot hidung, misal Beklometason dipropionah
·      Dilakukan ekstraksi polip dengan senar.
·      Operasi etmoidektomi intranasal dan ekstranasal.
Polip hidung diangkat dengan menjepitnya pada dasarnya dengan kawat senar. Turbinat yang mengalami hipertrofi dapat diobati dengan memberikan astringen untuk mengerutkan hipertrofi ini mendekati sisi hidung. (Brunner & Sudarth,2001:555)
2.Obstruksi Laring
Sumbatan Total Laring
Prinsip Penatalaksanaan adanya benda asing disaluran napas adalah dengan segera mengeluarkan benda asing tersebut. Bila sumbatan total berlangsung lebih dari lima menit pada orang dewasa atau delapan menit pada anak, maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan jantung berhenti. Oleh karena itu, diperlukan ketepatan dalam menegakkan diagnosis dan kecepatan dalam melakukan tindakan pertolongan. Bila peristiwa ini terjadi dimana tidak terdapat peralatan laringoskopi langsung, maka dapat dilakukan :
a.    Perasat Heimlich (Heimlich Maneuver)
Merupakan suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total atau benda asing ukuran besar yang terletak di hipofaring. Prinsipnya memberi tekanan pada paru. Dilakukan tekanan keatas dan kedalam rongga perut sehingga diafragma terdorong keatas sehingga udara mendorong sumbatan laring keluar dalam 3-4 kali hentakan. Dapat dilakukan pada orang dewasa dan pada anak-anak. ( Abdul Rachman, 2000)
Perasat Heimlich adalah suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total atau benda asing berukuran besar yang terletak dihipofaring. Prinsip mekanisme perasat Heimlich adalah dengan memberikan tekanan pada paru-paru.
Pada Perasat Heimlich lakukanlah tekanan kedalam dan keatas rongga perut sehingga menyebabkan diafragma terdorong keatas. Tenaga dorongan ini akan mendesak udara dalam paru keluar. Perasat Heimlich ini dapat dilakukan pada orang dewasa dan juga pada anak.
Tata cara Pelaksanaannya adalah: penolong berdiri dibelakang penderita sambil memeluk badannya. Tangan kanan dikepalkan dengan bantuan tangan kiri,kedua tangan diletakkan pada perut bagian atas, kemudian dilakukan penekanan rongga perut kearah dalam dan keatas dengan hentakan beberapa kali. Diharapkan dengan hentakan 4-5 kali benda asing akan terlempar keluar.


Pada pasien yang tidak sadar atau terbaring, perasat Heimlich dapat juga dilakukan denga cara : penolong berlutut dengan kaki pada kedua sisi penderita. Sebelumnya posisi muka penderita dan leher harus lurus. Kepalan tangan kanan diletakkan dibawah tangan kiri didaerah epigastrium. Dengan hentakan tangan kiri kebawah dan keatas beberapa kali udara dalam paru-paru akan mendorong benda asing keluar.
b.    Krikotirotomi
Krikotirotomi adalah tindakan ‘life saving’ untuk mengatasi sumbatan jalan napas dilaring. Hal tersebut dilakukan dengan cara membuka membrane krikotiroid secara cepat. Penderita dibaringkan telentang dengan leher ekstensi. Kartilago tiroid diraba, dibuat sayatan kulit tepat dibawahnya. Jaringan dibawah sayatan dipisahkan tepat pada garis tengah. Setelah tepi bawah kartilago tiroid terlihat tusukan pisau dengan arah kebawah untuk menghindari tersayatnya pita suara. Masukkan corong atau pipa plastik sebagai ganti kanul.
c.    Laringoskopi
Laringoskopi merupakan cara terbaik untuk mengeluarkan benda yang tersangkut dilaring. Oleh karena itu benda asing tersebut langsung dapat dikeluarkan dengan bantuan cunam. Untuk tindakan ini penderita dirujuk kerumah sakit. (Irman Somantri,2008:138)
3. Abses peritonsial (Quinsy)
Pada stadium infiltrasi, tindakan yang dilakukan :
·      Berikan antibiotik dosis tinggi (penisilin 600.000 – 1.200.000 unit, ampisilin, dll)
·      Berikan analgesik, antipirotik (parasetamol 3x250 . 500 mg)
·      Anjurkan berkumur dengan antiseptik / air hangat dan kompres dengan air hangat bila telah terbentuk abses, perlu dilakukan insisi abses sebagai berikut :
§  Insisi pada pertemuan garis horizontal melalui vulva dengan garis vertikal melalui arkus faringeus. Luka insisi dilebarkan dengan klem, nanah dihisap dengan baik supaya tidak masuk ke faring, sebelum insisi dapat diberikan anestesia dengan spray silokain 1 % / anastesi blok pada ganglion stenoplatinum.
§  Setelah selesai, lakukan berkumur dengan larutan bargarisma khan atau larutan betadin / larutan peroksid 3% atau larutan PK 0,001 %
Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan secara umum adalah :
1. Posisikan klien dengan posisi semi fowler.
2. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.
3. Berikan makanan dalam bentuk lunak.
4. Ciptakan lingkungan yang konduktif.
5. Berikan dukungan pada pasien.
6. Lakukan perawatan luka dengan kumur antiseptik.


Terapi Radiasi
Hasil yang sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada pasien yang hanya mengalami satu pita suara yang sakit dan normalnya dapat digerakkan (yaitu; bergerak saat fonasi). Selain itu, pasien ini masih memiliki suara yang hampir normal. Beberapa mungkinmengalami kondritis. (inflamasi cartilage) atau stenosis; sejumlah kecil dari mereka yang mengalami stenosis nantinya membutuhkan laringektomi. Terapi radiasi juga dapat digunakan secara praoperatif untuk engurangi ukuran tumor. 
Algoritme penatalaksanaan sumbatan/obstruksi komplet dan obsrtuksi sebagian dari saluran napas

1.1.9.      Komplikasi
A. Obstruksi Nasal
1. Tumor hidung
Tidak dapat bermetastasis, tetapi sangat destruktif disekitarnya dapat menyebar memenuhi nasofaring dan terlihat dari orofaring.
2. Karsinoma Nasofaring
Metastasis jauh ke tulang, hati dan paru dengan gejala khas, nyeri pada tulang, batuk-batuk dan gangguan fungsi hati.
3. Polip Hidung
Terjadinya pertautan endotel yang terbuka, menandakan kebocoran pembuluh darah.
B. Obstruksi Larings
Abses Peritonsial (Quinsy)
·      Abses parafaringeal
·      Abses retrofaringeal dan edema larings
·      Dehidrasi perdarahan
·      Aspirasi paru
·      Mediastinitis
·      Trambus sinus kavernosus
·      Meningitis dan abses otak. (Arif Mansjoer, dkk, 1999)
Berdasarkan pada data pengkajian, potensial komplikasi yang mungkin terjadi termasuk:
§  Distres pernapasan (hipoksia, obstruksi jalan napas, edema trakea)
§  Hemoragi
§  Infeksi. (Brunner & Suddarth,2001:559)

2.2.  KONSEP DASAR ASKEP
2.2.1. Pengkajian Teoritis Lengkap
1.    Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya yang meliputi : Nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama dan tanggal pengkajian.
2.    Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah batuk berdahak, nyeri dada, sesak napas.
3.    Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Penderita obstruksi jalan napas menampakkan gejala nyeri dada, batuk berdahak , dan disertai sesak napas dan adanya edema pada laring.
4.    Riwayat Kesehatan terdahulu (RKD)
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien pernah menderita penyakit sebelumnya seperti: adanya riwayat merokok, penggunaan alcohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral.
5.    Riwayat kesehatan Keluarga (RKK)
Riwayat adanya penyakit obstruksi jalan napas pada anggota keluarga yang lain seperti: penyakit Asma.


6.    Data Dasar Pengkajian Pasien
1.    Aktivitas/istirahat
Gejala :                 Kkelemahan, kelelahan, keletihan, napas pendek.
Tanda :                 Frekuensi pernapasan meningkat.
 Perubahan irama pernapasan.
Takipnea.
2.    Sirkulasi
Gejala :                 Riwayat adanya hipertensi.
Tanda :                 Kenaikan tekanan darah meningkat.
 Penampilan kemerahan, atau pucat.
3.    Integritas ego
Gejala :                Perasaan takut aka kehilangan suara, mati, terjadinya / berulangnya kanker.
Kuatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan kerja dan keuangan.
Tanda :                 Ansietas, depresi, marah dan menolak
 Menyangkal.
4.    Eliminasi
Gejala : gangguan saat ini atau yang lalu / obstruksi riwayat penyakit paru

5.    Makanan/cairan
Gejala :                 Kesulitan menelan.
Tanda :                 Kesulitan menelan, mudah tersedak.
Bengkak, luka.
(malnutrisi)
6.    Neurosensori
Gejala :                 Diplopia (penglihatan ganda)
 Ketulian.
Tanda :                 Parau menetap atau kehilangan suara.
 Kesulitan menelan.
Ketulian konduksi.
Kerusakan membranmukosa.
7.    Nyeri/kenyamanan
Gejala :                 Sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk) .
Tanda :                 Melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan).

8.    Pernafasan
Gejala :                 Adanya riwayat merokok/mengunyah tembakau.
Bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik/serbuk, logam berat.
Riwayat penggunaan berlebihan suara.
Riwayat penyakit paru kronis.
Batuk dengan/tanpa sputum.
Drainase darah pada nasal.
Tanda :                Sputum dengan darah, hemoptisis .
Dispnea.
9.    Keamanan
Gejala :                 Terpajan sinar matahari berlebihan selama periode bertahun-tahun atau radiasi.
Perubahan penglihatan/pendengaran.
Tanda :                 Massa/pembesaran nodul.

10.          Penyuluhan/pembelajaran
Gejala :                 Penggunaan alcohol berulang/riwayat penyalahgunaan alkohol.
Tanda :                 DRG menunjukkan rerata lama dirawat :7,4 hari.

11.    Rencana pemulangan: Bantuan dengan perawatan luka, pengobatan, pengiriman :transpormasi, belanja, penyiapan makanan, perawatan diri, perawatan / pemeliharaan rumah.

12.    Pemeriksaan Penunjang :
·      Hasil foto rontgen : menunjukkan pembesaran jarinan pada laring.
·      Pemeriksaan sputum : ditemukan kuman streptococcus beta hemolyticus.
·      Pemeriksaan darah rutin didapatkan:
1.      Leukosit: 16000/mm3
2.      Hb       : 11 gr/dl
3.      Trombosit: 265.000/mm3
4.      protein total     : 5,85 gr/dl
·      Naso endoskopi : untuk menemukan tumor dini
·      Rontgen polos (CT Scan) → mendeteksi adanya simetrif
·      Biopsi → penampakan makroskopis menyerupai keganasan / bila pada foto rontgen ada gambaran erosi tulang.
13.    Prioritas keperawatan
·      Mempertahankan kepatenan jalan napas, ventilasi adekuat
·      Membantu pasien dalam mengembangkan metode komunikasi alternative.
·      Membuat/mempertahankan nutrisi adekuat.
·      Memberikan dukungan emosi untuk penerimaan gambaran diri yang terganggu.
·      Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan pengobatan.





2.2.2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1.    Ansietas berhubungan dengan adanya ancaman kematian.
2.    Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terdapatnya benda asing dalam saluran pernapasan yang nenyebabkan sumbatan .
3.    Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan pengangkatan laring dan terhadap edema.
4.    Berisiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan (serebral, cardial, dan pulmoner) yang berhubungan dengan menurunnya suplai oksigen sekunder terhadap obstruksi saluran napas.
















2.2.3. NCP (Nursing Care Planning)

No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1.
Ansietas berhubungan dengan adanya ancaman kematian.


Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam diharapkan tidak ada lagi perasaan cemas


KH:
§ Melaporkan  takut atau ansietas hilang atau menurun sampai tingkat yang dapat ditangani.
§ Penampilan rileks dan istirahat  atau tidur dengan tepat.


Mandiri:
§ Catat derajat ansietas dan takut. Imformasikan pasien/orang terdekat bahwa perasaannya normal dan dorong mengekspresikan perasaan.



§  Jelaskan proses penyakit dan prosedur dalam tingkat kemampuan pasien untuk memahami dan menangani informasi. Kaji situasi saat ini dan tindakan yang diambil untuk mengatasi masalah.


§  Tinggal dengan pasien atau membuat perjanjian dengan seseorang untuk menunggu selama serangan akut.

§ Berikan tindakan kenyamanan mis. Pijatan punggung, perubahan posisi




§  Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku membantu, mis. Posisi yang nyaman, focus bernapas, teknik relaksasi.

§  Dukung pasien atau orang terdekat dalam menerima realita, situasi, khususnya rencana untuk periode penyembuhan yang lama. Libatkan pasien dalam perencana dan partisipasi dalam perawatan.

§ Kembangkan program aktivitas dalam batas kemampuan fisik


§ Waspadai untuk perilaku diluar control atau peningkatan disfungsi kardiopulmonal, mis memburuknya dispnea dan takikardia.

§  Pemahaman bahwa perasaan (dimana berdasarkan situasi sters ditambah ketidak seimbangan oksigen yang mengancam)  normal dapat membantu pasien meningkatkan beberapa perasaan control emosi.

§  Menghilangkan ansietas karena ketidaktahuan dan menurunkan takut tentang keamanan pribadi. Pada fase dini penjelasan perlu diulang dengan sering dan singkat karena pasien mengalami penurunan lingkup perhatian.

§ Membantu dalam menurunkan ansietas yang berhubungan dengan penolakkan adanya dispnea berat/ perasaan mau pingsan.

§ Alat untuk menurunkan stress dan perhatian tak langsung untuk meningkatkan relaksasi dan kemampuan koping.

§ Memberikan pasien tindakan mengontrol untukmenurunkan ansietas dan ketegangan otot.




§ Mekanisme koping dan partisipasi dalam program pengobatan mungkin meningkatkan belajar pasien untuk menerima hasil yang diharapkan dari penyakit dan meningkatkan beberapa rasa control.

§ Memberikan kesehatan untuk membentuk energy dengan perasaan.


§ Pengembangan dalam kapasitas ansietas dalam memerlukan evaluasi lanjut dan kemungkinan intervensi dengan obat antiansietas.
2.
Bersihan jalan napas tidkefektif berhubungan dengan terdapatnya benda asing dalam saluran pernapasan yang nenyebabkan sumbatan

Setelah dilakukan intervensi selama 3x 24 jam diharapka bersihan jalan napas kembali efektif,Mempunyai jalan napas paten,Dapat mengeluarkan sekret secara efektif,Irama dan frekuensi napas dalam rentang normal,Mempunyai fungsi paru dalam batas normal,Mampu mendiskripsikan rencana untuk perawatan di rumah
KH:
Mempertahankan jalan napas paten
kepatenan jalan napas dengan bunyi napas bersih atau jelas
Mengeluarkan atau membersihkan sumbatan dan bebas aspirasi
Menujukkan perilaku untuk  memperbaiki/ atau mempertahankan jalan napas bersih dalam tingkat kemampuan/ situasi.
-tidak ada bunyi napas tambahan
-tidak ada Perubahan irama dan frekuensi pernpasan.
-tidak ada Sianosis
-Tidak Sulit bersuara
- bunyi napas normal
-tidak gelisah lagi
-Tidak ada sputum
- TTV dalam batas normal :
TD: 120/80 mmHg
ND: 60-100 x/i
RR: 16 -24 x/i
S :37 oC
Mandiri :
§ Kaji dan document asikan keefektifan pemberian oksigen, pengobatan yang diresepkan dan kaji kecenderungan pada gas darah arteri
§ Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui adanya penurunan atau tidak adanya ventilasi dan adanya bunyi tambahan
§  Tentukan kebutuhan pengisapan oral dan atau trakea



§  Pantau status oksigen pasien dan status hemodinamik (tingkat Mean Arterial Pressure dan irama jantung) segera sebelum, selama dan setelah pengisapan
§  Catat tipe dan jumlah sekret yang dikumpulkan.



§ Jelaskan kepada keluarga pengunaan peralatan pendukung dengan benar (misalnya oksigen, pengisapan, spirometer, inhaler).
§  Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa merokok merupakan kegiatan yang dilarang di dalam ruang perawatan.
§ Instruksikan kepada pasien dan keluarga dalam rencana perawatan di rumah (misal pengobatan, hidrasi, nebulisasi, peralatan, drainase postural, tanda dan gejala komplikasi)
§  Instruksikan kepada pasien tentang batuk efektif dan teknik napas dalam untuk memudahkan keluarnya sekresi
§  Ajarkan untuk mencatat dan mencermati perubahan pada sputum seperti: warna, karakter, jumlah dan bau
§  Ajarkan pada pasien atau keluarga bagaimana cara melakukan pengisapan sesuai denan kebutuhan.
 KOLABORASI
§ Konsultasikan dengan dokter atau ahli pernapasan tentang kebutuhan untuk perkusi dan atau alat pendukung
§ Berikan oksigen yang telah dihumidifikasi sesuai protap
§  Bantu dengan memberikan aerosol, nebulizer dan perawatan paru lain sesuai kebijakan institusi
§  Beritahu dokter ketika analisa gas darah arteri abnormal

§ Meningkatkan keefektifan upaya penapasan dan pembersihan secret.



§ Memberikan informasi tentang aliran udara melalui trakeobronkial dan adanya atau tidak adanya cairan,obstuksi mukosa.
§ Penghisapan tidak harus rutin,dan lamanya harus dibatasi untuk menurunkan bahaya hipoksia

§ Memaksimalkan status penghisapan oksigen




§ Kuning/hijau,sputum berbau purulen menunjukkan infeksi; sputum kental,lengket diduga dehidrasi


3.
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan pengangkatan laring dan terhadap edema

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapka kerusakan kmunikasi verbal dapat diatasi

Menyatakan kebutuhan dalam cara yang efektif
Mengidentufikasi atau merencanakan pilihan metode berbiara yang tepat setelah sembuh

Mandiri:
§  Kaji instruksi/ atau diskusikan praoperasi mengapa bicara dan bernapas terganggu, gunakan gambaran anatomic atau model untuk membantu penjelasan
§  Tentukan apakah pasien mempunyai gangguan komunikasi lain 


§  Berikan cara-cara yang cepat dan kntinu untuk memanggil perawat








§ Atur sebelumnya tanda-tanda untuk mendapatkan bantuan cepat


§  Berikan pilihan cara komunikasi yang tepat bagi kebutuhan pasien


§  Berikan waktu yang cukup untuk komunikasi







§ Berikan komunikasi non- verbal




§ Dorong komunikasi terus-menerus dengan dunia luar



§ Beri tahu kehilangan bicara sementara setelah laringektomi sebagian dan/ tergantung pada tersedianya alat bantu suara

§ Ingatkan pasien untuk tidak bersuara sampai dokter member izin
§ Atur pertemuan dengan orang lain yang mempunyai pengalaman prosedur ini dengan cepat
Kolaborasi :


Konsul dengan anggota tim kesehatan yang tepat/ terapi/ agen rehabilitasi

§ Menguatkan pendidikan pada waktu takut terhadap pembedahan sudah berlalu







§ Adanya masalah lain akan mempengaruhi rencana untuk pian komunikasi


§ Pasien memerlukan keyakinan bahwa perawat waspada dan akan berespons terhadap panggilan. Kepercayaan dan harga diri diberikan bila perawat yang cukup perhatian untuk hadir pada waktu daripada bila di panggil pasien
§ Dapat menurunkan ansietas pasien tentang ketidak mampuan untuk berbicara

§ Kemungkinan pasien untuk menyatakan kebutuhan/ masalah


§ Kehilangan bicara dan stress mengganggu komunikasi dan mnyebabkan frustasi dan hambatan ekspresi, khususnya bila perawat terlihat terlalu sibuk atau bekerjalah d
§ Mengkomunikasikan masalah dan memenuhi kebutuhan kontak dengan orang lain


§ Mempertahankan kontak dengan pola hidup  normal dan melanjutkan komunikasi melaluai cara lain

§ Memeberikan dorongan dan harapan untuk masa depan dengan memikirkan pilihan arti  komunikasi  dan bicara tersedia dan mungkin

§ Meningkatkan penyembuhan pita suara dan membatasi potensial disfungsi pita permanen
§ Memberikan model peran, meningkatkan motivasi untuk pemecahan masalah danmempelajari cara baru untuk berkomunikasi

Kemampuan untu menggunakan pilihan suara dan metode suara sangat bervariasi, tergantung pada luasnya prosedur pembedahan, usia pasien, status emosi, dan motvasi untuk kembali kehidup aktif, waktu rehabilitasi dapat memanjang dan memrlukan sejumlah agen atau sumber untuk menyediakan atau mendukung proses belajar.





















BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1.  Pengkajian Lengkap
1. Biodata/data biografi:
§  Nama                                  : Tn. R
§  Umur                                  : 35 tahun
§  Suku/ Bangsa                               :   serawai
§  Status Perkawinan                     :  kawin
§  Agama                                             islam
§  Pendidikan                                    SMA
§  Pekerjaan                                      petani
§  Alamat                                            jln. Kapuas raya, bengkulu
§  Tanggal Masuk RS                      : 04 mei 2012
§  Tanggal Pengkajian                    : 06 mei 2012     
§  Catatan Kedatangan                 :  Kursi Roda (  ), Ambulans (  ), Brankar (  )

Keluarga Terdekat Yang Dapat Dihubungi :
§  Nama/ Umur                     :     Ny. B                           
§  Pendidikan                         :     SMA
§  Pekerjaan                          :     Ibu Rumah Tangga
§  Alamat                               :     Jl. Lingkar Barat
§  Sumber Informasi              :     Pasien, keluarga terdekat, status pasien
§  No.Telepon                        :    (0736)20871

2. Riwayat kesehatan/keperawatan
1).Keluhan utama/ alasan masuk rumah sakit:
Tn. R (36) dating ke RS dr. M Yunus Bengkulu pada tanggal 4 mei 2012 jam 16.00 wib dengan keluhan batuk, dan rasa nyeri pada tenggorokan, batuk, sesak napas, kesulitan berbicara dan menelan.

2). Riwayat kesehatan sekarang (RKS)
§  Faktor pencetus: klien mengatakan rasa sakit  pada leher serta batuk 2 hari sebelum masuk ke rumah sakit.
§  Munculnya keluhan (eksaserbasi):  klien mengatakan batuk dan sakit pada leher.
§  Sifat keluhan: klien mengatakan  rasa sakit pada leher timbul perlahan-lahan, batuk terus-menerus, serta kesulitan menelan setiap kali makan.
§  Berat ringannya keluhan: klien mengatakan: rasa sakit dan sesak pada leher cendrung bertmbah sejak 2 Hari yang lalu.
§  Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi: klien mengatakan karena seringnya rasa sakit pada bagian leher maka klien banyak minum, akibat adanya batuk klien minum obat (komix).

2.    Riwayat kesehatan dahulu
§  Klien mengataan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, debu, dll.
§  Klien mengatakan sebelumya tidak pernah menderita sesak napas .



3.    Riwayat kesehatan keluarga(RKK)
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang seperti dialaminya dan tidak ada keluarga yang menderita penyakit menular lainnya.

3.Pola fungsi kesehatan (Gordon):
            1). Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
                   Persepsi terhadap penyakit : memiliki kecemasan yang berlebihan.
Penggunaan : sehari-harinya pasien merokok 1 bungkus perhari sejak usia 23 tahun
Alkohol: sering meminum minuman kaleng kurang lebih 3 botol perminggu.
Alergi : pasien tidak memiliki allergi terhadap obat-obatan dan jenis makanan laut.
2). Pola nutrisi dan metabolisme
Diet / suplemen khusus : -
Instruksi diet sebelumnya : -
Nafsu makan : menurun karena sering batuk-batuk dan mual.
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir : menurun
Kesulitan menelan : mengalami kesulitan karena adanya lesi pada tenggorokan
Gigi : tidak lengkap
Jumlah minum/24 jam : normal
Frekuensi makan : menghabiskan porsi makan kecil.
Jenis makanan : nasi dan lauk seadanya



3.Pola eliminasi
Buang air besar (BAB) :
                        Frekuensi : sedikit
                        Warna : kuning terang
                       
Buang air kecil (BAK) :
                        Frekuensi : normal
                        Warna : kuning kecoklatan

4.Pola aktivitas dan latihan

Kemampuan perawatan diri :

0= mandiri                                                            3= dibantu orang lain & peralatan
1=dengan alat bantu                                            4=ketergantungan/tidak mampu
2=dibantu orang lain
                       
Kegiatan/aktivitas
0
1
2
3
4
Makan/minum
ü   




Mandi
ü   




Berpakaian
ü   




Toileting

ü   



Mobilisasi dtmpat tidur
ü   




Berpindah

ü   



Berjalan

ü   



Menaiki tangga


ü   


Berbelanja


ü   


Memasak


ü   


Pemeliharaan rumah


ü   




Alat bantu  : tongkat
Keluhan saat beraktivitas: sering sesak nafas saat beraktivitas




5.Pola istirahat dan tidur
Lama tidur : 5 jam / malam
Waktu : dari jam 8 – 1 malam
Masalah tidur : sering terbangun karena sulit bernafas

6.Pola kognitif dan persepsi
Status mental : sering emosi
Bicara : normal( ), tak jelas ( ), gagap ( ), aphasia ekspresif ( )
Kemampuan berkomunikasi : ya ( ), tidak ( )
Kemampuan memahami : ya ( ), tidak ( )
Tingkat ansietas : ringan ( ), sedang ( ), berat ( ), panik ( )
Pendengaran : DBN ( ), tuli ( ) kanan/kiri, tinitus ( ), alat bantu dengar ( 0
Penglihatan : normal

7.Persepsi diri dan konsep diri

Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : sangat mengganggu dalam beraktivitas sehari-hari 

8.Pola peran hubungan :

Pekerjaan : petani
Sistem pendukung : pasangan ( ), tetangga/teman ( ), tidak ada ( ), keluarga serumah ( ), keluarga tinggal berjauhan ( )
Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan diRS : kelurga memiliki masalah dengan biaya perawatan diRS dan keluarga yang akan bergantian menjaga pasien selama dirumah sakit.

9.Pola seksual dan reproduksi
Masalah seksual b.d penyakit : pola seksual menurun

10.Pola koping dan toleransi stress
Penggunaan obat untuk menghilangkan stress; tidak menggunakan obat.
Keadaan emosi dalam sehari-hari : memiliki emosi yang tidak stabil
11.Keyakinan dan kepercayaan
Agama : islam
Pengaruh agama dalam kehidupan : sering meninggalkan kewajiban sebagai seorang muslim. 

4.Pemeriksaan fisik :
§  Keadaan umum                  : klien tampak lemah, klien tampak kesulitan bernapas dan klien tampak gelisah
§  TTV                                    :
o   TD       : 130/90 mmHg
o   ND      : 120x/i
o   S          : 37,5
§  BB  : 57 (turun 3 kg dari 60 menjadi 57)
§  TB   : 170
§  Sistem integumen(kulit)     : turgor kulit buruk
§  Kuku                                   : pucat
§  Hidung                               : pernapasan cuping hidung
§  Mulut                                  : mukosa bibir kering dan pucat
§  Laring        
Inspeksi                                     : takipnea, pernapasan dangkal adanya pembesaran jaringan , edema laring


Pemeriksaan penunjang
§  Hasil foto rontgen              : menunjukkan pembesaran jarinan pada laring
§  Pemeriksaan sputum           : ditemukan kuman streptococcus beta hemolyticus
§  Pemeriksaan darah rutin didapatkan:
o   Leukosit: 16000/mm3
o   Hb       : 11 gr/dl
o   Trombosit: 265.000/mm3protein total : 5,85 gr/dll.














Analisa data
Nama kilen                       : Tn. R
Ruang Rawat                   : Ruang RSUD M. Yunus Bengkulu
Diagnose medic   :
NO.
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
1.




















2.














3.
DS:
§  Klien mengatakan batuk berdahak dan sesak napas
§  Klien mengatakan nyeri pada daerah tenggorokan
DO:
·         klien tampak lemah, klien tampak kesulitan bernapas dan klien tampak gelisah
·         TTV:
TD       : 130/90 mmHg
ND       : 120x/i
S          : 37,5
  • Penapasan cuping hidung
  • Takipnea
  • pernapasan dangkal



DS:
§  klien mengatakan rasa nyeri pada tenggorok
§  klien mengatakan adanya kesulitan menelan
§  klien mengatakan kesulitan berbicara
DO:
§  adanya bakteri streptococcus beta hemolyticus
§  adanya edema pada laring
§  adanya pembesaran jaringan pada daerah laring

DS:
§  pasien mengatakan lemah
§  pasien mengatakan menghabiskan makan ¼ porsi setiap kali makan (pagi, siang. Sore)
§  kesulitan menelan
§  rasa tidak nyaman
DO:
§  Berat badan pasien turun 3 kg dari 60 kg menjadi 57 kg
§  Pasien tampak lemah
§  Pembekakan pada laring


Terdapatnya penumpukan sekret pada saluran napas.



















Adanya lesi pada tenggorokan.












Kesulitan menelan, rasa tidak nyaman
Bersihan jalan napas tidak efektif



















Kerusakan komunikasi verbal












Pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh





3.2.  Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
1.    Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret pada saluran pernapasan.
2.    Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan lesi pada tenggorokan akibat bakteri streptococus.
3.    Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan.




3.3.  NCP (Nursing Care Planning)
Nama                            : Tn. R
Ruang                           : RSUD M. Yunus Bengkulu
Diagnosa Medik          : Obtruksi Saluran Napas
No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1






























































2.




































3
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terdapatnya benda asing dalam saluran pernapasan yang menyebabkan sumbatan



















































































































Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan pengangkatan laring dan terhadap edema.


































































Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan



























































Setelah dilakukan intervensi selama 1x 24 jam diharapka bersihan jalan napas kembali efektif,
Mempunyai jalan napas paten,
Dapat mengeluarkan sekret secara efektif,
Irama dan frekuensi napas dalam rentang normal,
Mempunyai fungsi paru dalam batas normal,
Mampu mendiskripsikan rencana untuk perawatan di rumah






























































































Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam diharapkan gangguan komunikasi verbal teratasi










































.






















Setelah dilakukan intervensi selama 3x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi dapat dipnuhi
KH:
§ Mempertahankan jalan napas paten.
§ Kepatenan jalan napas dengan bunyi napas bersih atau jelas.
§ Mengeluarkan atau membersihkan sumbatan dan bebas aspirasi.
§ Menujukkan perilaku untuk  memperbaiki/ atau mempertahankan jalan napas bersih dalam tingkat kemampuan/ situasi.
§ TTV dalam batas normal :
TD: 120/80 mmHg
ND: 60-100 x/i
RR: 16 -24 x/i
S :37 oC






































































Menyatakan kebutuhan dalam cara yang efektif
Mengidentufikasi atau merencanakan pilihan metode berbiara yang tepat setelah sembuh

























































Menunjukkan pemahaman pentingnya nutrisi untuk proses penyembuhan dan keeshatan umum
Menunjukkan peningkatan berat badan proggresif mencapai tujuan dengan nilai laboraturium normal dan penyembuhan jaringan seuai waktunya
§ Kaji dan document asikan keefektifan pemberian oksigen, pengobatan yang diresepkan dan kaji kecenderungan pada gas darah arteri
§ Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui adanya penurunan atau tidak adanya ventilasi dan adanya bunyi tambahan

§  Tentukan kebutuhan pengisapan oral dan atau trakea.



§  Pantau status oksigen pasien dan status hemodinamik (tingkat Mean Arterial Pressure dan irama jantung) segera sebelum, selama dan setelah pengisapan
§  Catat tipe dan jumlah sekret yang dikumpulkan.
§ Jelaskan kepada keluarga pengunaan peralatan pendukung dengan benar (misalnya oksigen, pengisapan, spirometer, inhaler).
§  Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa merokok merupakan kegiatan yang dilarang di dalam ruang perawatan.
§ Instruksikan kepada pasien dan keluarga dalam rencana perawatan di rumah (misal pengobatan, hidrasi, nebulisasi, peralatan, drainase postural, tanda dan gejala komplikasi)
§  Instruksikan kepada pasien tentang batuk efektif dan teknik napas dalam untuk memudahkan keluarnya sekresi
§  Ajarkan untuk mencatat dan mencermati perubahan pada sputum seperti: warna, karakter, jumlah dan bau
§  Ajarkan pada pasien atau keluarga bagaimana cara melakukan pengisapan sesuai denan kebutuhan.
 KOLABORASI
§ Konsultasikan dengan dokter atau ahli pernapasan tentang kebutuhan untuk perkusi dan atau alat pendukung
§ Berikan oksigen yang telah dihumidifikasi sesuai protap
§  Bantu dengan memberikan aerosol, nebulizer dan perawatan paru lain sesuai kebijakan institusi
§  Beritahu dokter ketika analisa gas darah arteri abnormal
















Mandiri:
§  Kaji instruksi/ atau diskusikan praoperasi mengapa bicara dan bernapas terganggu, gunakan gambaran anatomic atau model untuk membantu penjelasan
§  Tentukan apakah pasien mempunyai gangguan komunikasi lain
 
§  Berikan cara-cara yang cepat dan kntinu untuk memanggil perawat









§ Atur sebelumnya tanda-tanda untuk mendapatkan bantuan cepat

§  Berikan pilihan cara komunikasi yang tepat bagi kebutuhan pasien

§  Berikan waktu yang cukup untuk komunikasi








Mandiri
·  Auskultasi bunyi usus



·  Pertahankan selang makan


·  Awasi masukkan berat badan sesuai indikasi




§ Ajarkan pasien makan sendiri


§ belajar Mulai dengan makan kecil dan ditingkatkan sesuai toleransi
§ Dorong pasien bila belajar menelan

§ Kembangkan dan dorong lingkungan yang nyaman untuk makan



§ Bantu pasien atau orang terdekat mengembangkan keseimbangan nutrisi pada rencana makan dirumah

Kolaborasi
§ Konsul dengan ahli gizi atau dukungan tim nutrisi sesuai indikasi
§ Berikan diet nutrisi seimbang

§ Awasi pemeriksaan laboraturium

·   Meningkatkan keefektifan upaya penapasan dan pembersihan secret.


§ Memberikan informasi tentang aliran udara melalui trakeobronkial dan adanya atau tidak adanya cairan,obstuksi mukosa.
§ Penghisapan tidak harus rutin,dan lamanya harus dibatasi untuk menurunkan bahaya hipoksia

§ Memaksimalkan status penghisapan oksigen



§ Kuning/hijau,sputum berbau purulen menunjukkan infeksi; sputum kental,lengket diduga dehidrasi






































































§ Menguatkan pendidikan pada waktu takut terhadap pembedahan sudah berlalu






§ Adanya masalah lain akan mempengaruhi rencana untuk pian komunikasi
§ Pasien memerlukan keyakinan bahwa perawat waspada dan akan berespons terhadap panggilan. Kepercayaan dan harga diri diberikan bila perawat yang cukup perhatian untuk hadir pada waktu daripada bila di panggil pasien
§ Dapat menurunkan ansietas pasien tentang ketidak mampuan untuk berbicara
§ Kemungkinan pasien untuk menyatakan kebutuhan/ masalah

§ Kehilangan bicara dan stress mengganggu komunikasi dan mnyebabkan frustasi dan hambatan ekspresi, khususnya bila perawat terlihat terlalu sibuk atau



§ Makan dimulai hanya setelah bunyi usus membaik pembed


§ Selang di masukan pada pembedahan dan biasanya di jahit

§ Memberikan informasi sehubumgan dengan kebutuhan nutrisi dn kefektifan terapi


§ Membantu meningkatkan keberhasilan nutrisi

§ Kandungan makanan dapat mengakibatkan ketidak toleransiian



§ Membantu pasien mengatasi frustasi dan keamanan dalam masalah menelan

§ Meningkatkan sosialisasi dan memaksimalkan kenyamanan pasien bila kesakitan makan menyebabkan malu


§ Meningkatkan pemahaman kebutuhan individu dan pentingnya nutrisi pada penyembuhan dan proses penyembuhan







§ Berguna dalam identifikasi kebutuhan nutri individu untuk meningkatkan penyembuhan dan regenerasi jaringan
§ Macam-macam jenis dapat dibuat untuk tambahan atau batasan factor tertentu seperti lemak dan gulaan.
§ Indicator penggunaan nutrisi sesuai fungsi org


















3. 4 implementasi dan evaluasi SOAP

No

Hari/tgl

Dx kep

Implementasi

Evaluasi

1.

jumat, 6 mei 2012

Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret pada saluran pernapasan

 

Pukul 08. 00 wib

Mandiri:
·  Mencatat hasil pengkajian dan  kefektifan pemberian oksigen, dan gas darah arteri.
Hasil : gas darah dan oksigen efektif.
§ Mencatat adanya bunyi nafas , misalnya mengi, krekels dan ronki.
Hasil : Bunyi napas mengi.
§ Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien melalui oral.
Hasil : Pasien mau diberikanoksigen melalui oral.
§  Membantu tindakan untuk memperbaiki keefektifan upaya batuk.
Hasil : Pasien dapat batuk efektif.
§ Mempertahankan polusi lingkungan dari debu dan asap rokok.
Hasil : Lingkungan kondusif.
§ Mengajarkan pasien untuk latihan pernapasan abdomen atau bibir.
Hasil : Pasien mau latihan pernapasan abdomen.
§  Mengajarkanpasien untuk melakukan teknik napas dalam.
Hasil : Pasien dapat melakukan tehnik napas dalam.
§ Mengukur TTV.
Hasil :
TD: 120/80 mmHg
ND: 90x/menit
RR: 20x/menit
S :37 oC

 KOLABORASI
§ Memberikan obat sesuai indikasi yang dianjurkan dokter.
Hasil : Obat efektif.
§ Melakukan pemasangan nebuliser ultranik atau humidifier aerosol ruangan.

Hasil : Pasien mau menggunakan nebulizer ultranik.

Pukul 10. 00 wib

S =
§  Klien mengatakan batuk berdahak berkurang dan tidak lagi sesak napas
§  Klien mengatakan tidak nyeri lagi  pada daerah tenggorokan
O :
§  klien tampak bergairah,
§  klien tampak tidak kesulitan bernapas
§  klien tampak tidak gelisah lagi
§  tidak ada pernapasan cuping hidung
§  Takipnea tidak ada
§  pernapasan normal
§ Klien tampak tidak lagi menahan rasa sakit /nyeri pada dada.
§ Klien tidak kesulitan bernapas.
§ Tidak ada pucat
§ Tanda tanda vital dalam batas normal
TD: 120/80 mmHg
ND: 90x/menit
RR: 20x/menit
S :37 oC
A=
§ Masalah teratasi
§ Batuk berdahak berkurang, napas normal, nyeri dada tidak ada lagi, dan TTV dalam batas normal.
P=
Intervensi di hentikan.

 

2

sabtu, 7 mei 2012

Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan adanya lesi pada tenggorokan

 

Pukul 12. 00 wib

Mandiri:
§  Memberikan penjelesan tentang kondisi yang dialami  pasien agar pasien dapat mengerti apa yang sedang  dialaminya.
Hasil : Pasien mengerti keadaanya saat ini.
§  Melakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah pasien memiliki gangguan komunikasi lainnya.
Hasil : Pasien tidak memiliki gangguan komunikasi lain.
§  Mengajarkan pasien cara-cara untuk memanggil perawat dengan cepat.
Hasil : Pasien mengerti cara memanggil perawat dengan cepat.
§  Membantu pasien untuk memilih cara komunikasi yang tepat sesuai kebutuhan pasien.
Hasil : Pasien dapat memilih cara komunikasi yang tepat sesuai kebutuhannya.
§  Berikan kesempatan kepada pasien untuk berbicara agar pasien merasa dihargai oleh perawat dengan berkomunikasi dengan baik dan memberikan cukup waktu untuk berkomunikasi.
Hasil : Pasien lebih percaya diri dalam berkomunikasi.

Pukul 16. 00 wib

S:
§  Klien mengatakan tidak ada rasa nyeri pada tenggorok.
§  Klien mengatakan tidak ada kesulitan menelan.
§  Klien mengatakan tidak kesulitan berbicara lagi.

O:
§  Tidak ada bakteri streptococcus beta hemolyticus.
§  Tidak ada edema pada laring.
§  Tidak ada pembesaran jaringan pada daerah laring.
§ TTV dalam batas normal
TD: 120/80mmHg
RR:22x/i
ND:90x/i
S: 37C

A:

§ Masalah teratasi
§ Tidak ada lagi sakit dan nyeri pada Laring, tidak ada batuk, klien rileks, TTV dalam batas normal.

P:

Intervensi di hentikan.

3

minggu, 8 mei 2012

Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan.

 

Pukul 09. 00 wib
Mandiri
·  Mencatat derajat kesulitan menelan dan nilai bunyi usus pasien.
Hasil : Pasien tidak mempunyai kesulitan menelan dan bunyi usus.
·  Memberikan makan secara rutin untuk mencukupi kebutuhan pasien.
Hasil : Nutrisi pasien terpenuhi.
·  Menimbang berat badan pasien .
Hasil : Berat badan pasien kembali normal.
§ Membantu pasien untuk  makan sendiri.
Hasil : Pasien dapat makan sendiri.
§ Mengajarkan pasien cara  untuk   menelan  yang baik.
Hasil : Pasien dapat menelan dengan baik.

Kolaborasi
§ Mengonsulkan dengan ahli gizi atau dukungan tim nutrisi sesuai indikasi. Hasil : Pasien mendapatkan gizi yang baik sesuai dengan kebutuhan tubuhnya.
§ Memberikan diet nutrisi seimbang.
Hasil : BB pasien normal.
§ Mengawasi pemeriksaan laboraturium.
Hasil : Tidak terjadi kesalahan dalam pemeriksaan.

 

Pukul 13. 00 wib

S:
§  Pasien mengatakan tidak lemah lagi.
§  Pasien mengatakan menghabiskan makan 1 porsi setiap kali makan (pagi, siang. Sore).
§  Pasien tidak kesulitan menelan lagi.
§  Pasien merasa  nyaman.
O:
§  Berat badan pasien naik dari 57 ke 59kg.
§  Pasien tampak segar.
§  Tidak ada pembekakan pada laring.
A:
§ Masalah teratasi .

P:
intervensi di hentikan.












BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat kami simpulkan bahwa :
Obstruksi saluran  napas bagian atas dapat terjadi oleh beberapa  sebab. Obstruksi jalan napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan pada saluran pernapasan bagian atas. Beberapa gangguan yang merupakan obstruksi pada jalan napas atas, diantaranya adalah :
A.  Obstruksi Nasal
1)   Tumor hidung
2)   Karsinoma Nasofaring
3)   Polip Hidung
B.  Obstruksi Laring
1.    Sumbatan Total Laring
2.    Abses Peritonsial (Quinsy)
Dan Dalam Penatalaksanaannya sangat dibutuhkan keahlian. Misalnya dengan metode Perasat Heimlich adalah suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total atau benda asing berukuran besar yang terletak dihipofaring. Prinsip mekanisme perasat Heimlich adalah dengan memberikan tekanan pada paru-paru.
4.2. Saran
ü Diharapkan mahasiswa paham tentang Obstruksi Saluran napas agar tidak salah dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
ü Diharapkan sebagai mahasiswa mengerti cara mengatasi dari Obstruksi Saluran napas.








DAFTAR PUSTAKA

Somantri,Irman.2008.Askep Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta : Salembah Medika.
Doenges Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3 . Jakarta.:EGC
Mansjoer Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. : Jakarta:FKUI
Brunner & Suddarth.1997.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC
Hinchliff,Sue.1999.Kamus Keperawatan Edisi 17.Jakarta : EGC
cupu.web.id/category/kuliah/anatomi-dan-patofisiologi/
http//www.klikdoter.com/2006/
Dorlan W.A. Nawman. 2002. Kamus Kedokteran Darkin. Edisi 29. EGC : jakarta.
Junadi Purnawan, dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 2. FKUI : Jakarta.
Ramli Ahmad, dkk. 2000. Kamus Kedokteran. Djambatan : Jakarta.
Herawati, sri, dkk. 2003. Buku ajar Ilmu penyakit telinga hidung tenggorok untuk mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi. EGC : Jakarta
Iskandar, Nurbaiti. 2006. Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok untuk perawat, edisi 2. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta